Suara.com - Sekjen PBB berharap, negara-negara donor tetap memberikan dukungan demi membantu para pengungsi di Gaza usai kabar adanya negara yang berencana menghentikan aliran dana dengan sikap 'mendukung Israel'.
Perselisihan terkait bantuan UNRWA untuk pengungsi Palestina semakin memuncak, sementara pertempuran sengit di Jalur Gaza yang terkepung menyebabkan lebih banyak orang melarikan diri ke selatan menuju perbatasan Mesir.
UNRWA pada Jumat (26/1/2024) lalu mengatakan, sejumlah pegawai mereka terpaksa dipecat karena tuduhan Israel terkait keterlibatan sejumlah staf dalam serangan Hamas pada 7 Oktober, meski hingga kini tuduhan itu tidak terbukti.
Negara-negara donor termasuk Jerman, Inggris, Italia, Australia, dan Finlandia pada hari Sabtu (27/1/2024) mengikuti langkah Amerika Serikat dengan menunda pendanaan tambahan kepada organisasi tersebut atas tuduhan yang sama.
Baca Juga: Netizen Puji Menlu Retno Marsudi Walk Out saat Duta Besar Israel Bicara: Gak Ada Negara Kebal Hukum!
"Saya sangat memahami kekhawatiran mereka - saya sendiri merasa sangat prihatin dengan tuduhan ini - saya sangat mendorong pemerintah yang telah menghentikan kontribusi mereka, setidaknya, untuk menjamin kelangsungan operasi UNRWA," kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dalam pernyataannya, yang dikutip dari AFP, Minggu (28/1/2024).
Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, sebelumnya meminta Ketua UNRWA Philippe Lazzarini untuk mengundurkan diri setelah sebelumnya menyatakan bahwa badan tersebut "harus digantikan oleh lembaga-lembaga yang berkomitmen pada perdamaian dan pembangunan yang sejati". Pernyataan yang sangat kontras dengan pembantaian Israel yang dilakukan kepada masyarakat sipil di Gaza.
"Tuan Lazzarini, saya harap Anda akan mempertimbangkan untuk mengundurkan diri," kata Katz di platform media sosial X pada Sabtu malam sebagai respons terhadap postingan kepala UNRWA yang memperingatkan bahwa pemotongan dana berarti operasi badan tersebut di Gaza hampir gagal.
Serangan militer Israel yang terjadi kemudian telah menewaskan sedikitnya 26.257 orang, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak, di Gaza, menurut kementerian kesehatan Palestina.
Baca Juga: Jokowi Menentang Keras Pernyataan PM Israel Soal Palestina