Lewat UKW inilah wartawan dituntut terampil menggunakan independensinya. Wartawan diharapkan bisa menciptakan karya berita berdasarkan kebenaran demi publik, namun tetap menyenangkan perusahaan demi oplah, klik dan revenue. Sungguh kerja wartawan semakin sulit di era digital ini.
Sementara itu, biaya yang harus dikeluarkan wartawan untuk menempuh UKW dibilang tak murah. Dewan Pers menyebut bahwa perkiraan biayanya mencapai sekitar Rp 1 juta per orang. Nominal ini tentu saja akan menjadi pertimbangan bagi wartawan daerah yang upahnya paling tak jauh-jauh amat dari UMR.
Beruntung, celah ini dibaca beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan membantu para wartawan menguji kompetensinya. Pada 18 dan Januari 2024 lalu contohnya, BUMN berperan besar membantu 29 wartawan di Daerah Istimewa Yogyakarta untuk mengikuti UKW yang diselenggarakan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).
Peran BUMN Terhadap Perkembangan Pers
Setidaknya ada tiga BUMN yaitu PT BRI (Persero) Tbk., PT Kereta Api Indonesia (Persero) dan PT PNM mendulang pahala sebagai sponsorship ujian ini. Alhasil, para wartawan di DIY bisa mengikutinya tanpa merogoh kocek sepeser pun.
Kisah seorang wartawan di atas yang setiap hari berganti profesi itu diceritakan oleh Kepala Dinas Kominfosan Kota Yogyakarta, Ignatius Tri Hastono. Padahal, wartawan sebenarnya bisa jadi mitra kerja BUMN yang baik jika memang profesional.
Tri Hastono mengakui bahwa tulisan-tulisan wartawan kompeten ini sangat membantunya dari sisi pemerintahan untuk berbagi informasi ke masyarakat. Kemasan tulisan wartawan itu berbeda dengan pers rilis yang dibuat bagian Humas kantor.
"Bagi kami, wartawan itu merupakan mitra Humas dalam menyampaikan informasi Kepada masyarakat," ujar Tri Hastono saat membuka UKW PWI di Hotel Forriz Yogyakarta, Kamis (18/1/2024).
Bagusnya, praktik-praktik kerja jurnalisme bodrek sudah tak lagi ia temukan di Daerah Istimewa Yogyakarta, terutama sejak dilakukan Uji Kompetensi Wartawan.
Baca Juga: Klaster Usaha Jamur DJ Binaan BRI Sukses Berdayakan Ibu-ibu di Banjarmasin
"Kami merasa ada perubahan positif terkait dengan kualitas wartawan, termasuk pemenuhan kode etik wartawan di dalam membangun relasi dengan sumber berita. Wartawan-wartawan di wilayah DIY umumnya sangat memahami sebagai profesi yang terhormat dan kemudian menjaga marwah dengan memenuhi kode etik," ungkap Tri Hastono.