Suara.com - Calon presiden (capres) nomor urut 3, Ganjar Pranowo menyambangi Puro Pakualaman untuk menghadiri resepsi Dhaup Ageng atau pernikahan agung putera bungsu Adipati Pura Pakualaman KGPAA Paku Alam (PA) X, BPH Kusumo Kuntonugroho dengan Laily Annisa Kusumastuti, Kamis (11/01/2024) malam. Ganjar Pranowo datang sendiri tanpa didampingi istri, Siti Atikoh sekitar pukul 20.30 WIB.
Ganjar Pranowo datang bersamaan dengan 4.000 tamu lain yang terdiri dari tokoh masyarakat, budayawan, agamawan dan berbagai kelompok masyarakat di DIY. Bertemu dengan kedua mempelai dan keluarga sekitar 45 menit, Ganjar keluar dari Puro Pakualaman sekitar pukul 21.15 WIB.
Saat bertemu dengan awak media, mantan Gubernur Jateng yang mengenakan batik berwarna maroon itu menyampaikan pengalamannya berkawan dengan orang tua mempelai, KGPAA Paku Alam X dan sang permaisuri. Meski merupakan keturunan raja di Kadipaten Pakualaman, keduanya dinilai sangat rendah hati.
"Tadi saya juga ngobrol kebetulan dengan Pak Paku Alam kami sering sekali bertemu dan berkomunikasi apalagi ketika saya masih menjadi gubernur. Karena beliau ini low profile, ibu juga sangat luar biasa low profilnya. Sehingga kalau kita pas acara kedinasan, seringkali kami bercerita saat istirahat tentang cerita rakyat, cerita yang menyenangkan," paparnya.
Baca Juga: Niat Makan Malam di Angkringan Palembang, Istri Ganjar Mendadak Diserbu Warga
Ganjar mengaku merasakan persahabatan dengan keluarga Kadipaten Pakualaman. Banyak pengalaman dan cerita menyenangkan yang mereka alami bersama.
Karenanya di tengah kesibukannya berkampanye dan menghadiri sejumlah undangan, Ganjar menyempatkan diri untuk menghadiri Dhaup Ageng kali ini. Meski melewatkan prosesi akad nikah pada Rabu (10/01/2024) kemarin, Ganjar langsung terbang dari Jakarta ke Yogyakarta pada Kamis Sore.
"Selamat untuk kedua mempelai, tentu saya senang bisa datang dan ikut mangayubagya ya inilah wujud persahabatan. Mudah-mudahan kedua mempelai bahagia selalu, dan menjadi keluarga sakinah, mawadah, warahmah," tandasnya.
Sekadar informasi, Ganjar sedianya dijadwalkan hadir bersama tamu undangan VIP dan VVIP pada Pahargyan Dhaup Ageng hari pertama yang digelar tepat usai prosesi ijab, Rabu (10/01/2024) kemarin. Namun Ganjar absen karena menghadiri HUT ke-51 PDIP di Sekolah Partai di Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Ganjar diwakili puteranya, Muhammad Zinedine Alam Ganjar yang datang sendiri.
Sementara dalam resepsi hari kedua Dhaup Ageng, kedua mempelai mengenakan busana berupa kain batik motif Parang Indra Widagda. Motif yang dibuat permaisuri Kadipaten Pakualaman ini memiliki makna dan harapan agar pengantin bisa memegang teguh keteladanan Bathara Indra yang memperhatikan pendidikan bagi diri dan orang lain.
Baca Juga: Jika Jadi Ibu Negara, Siti Atikoh Bakal Tetap Blusukan ke Pasar, Ini Alasannya
Yang istimewa, para tamu dalam resepsi kali ini berkesempatan menyaksikan tiga beksan tari, yaitu Beksan Tyas Muncar , Bedhaya Wasita Nrangsmu, dan Lawung Alit. Beksan Tyas Muncar menggambarkan pancaran hati remaja putri yang mengalami proses masa keremajaannya dengan penuh kebahagiaan sehingga dapat menapaki kehidupan selanjutnya dengan baik melalui aktivitas membatik.
Beksan ini terinspirasi dari kecintaan permaisuri KGPAA Paku Alam X terhadap iluminasi dalam naskah kuno skriptorium Pakualaman yang kemudian dialihwahanakan menjadi motif motif batik yang indah.
Nyi Mas Tumenggung Sestrorukmi, panitia Dhaup Ageng Kadipaten Pakualaman usai resepsi menjelaskan, Beksan Bedhaya Wasita Nrangsmu Ditarikan oleh tujuh orang penari putri merepresentasikan piwulang yang menjadi bekal bagi kaum perempuan dalam mengarungi bahtera rumah tangga.
"Seorang wanita utama harus berpijak mengikuti piwulang agar senantiasa meraih keselamatan, ketentraman serta sentosa jiwa raga," terangnya.
Sementara Wasita Nrangsmu dimaknai sebagai ‘nasihat tentang pentingnya memahami ekspresi wajah. Lawung Alit Pangeran Notokusumo yang kemudian bertahta sebagai K.G.P.A.A. Paku Alam I (1812 -1829) adalah putra Sultan Hamengku Buwana I.
Di dalam Babad Pakualaman disebutkan bahwa tradisi pementasan Beksan Lawung yang ada di Kraton Yogyakarta dilestarikan di Pakualaman. Dinamakan Beksan Lawung karena penari memperagakan keterampilan menggunakan lawung tombak. Beksan Lawung Alit ini diperagakan oleh empat peraga sebagai prajurit yang sedang berlatih olah kanuragan dan empat peraga pengampil sebagai abdi dalem ploncon.
"Jumat (12/01/2024), prosesi pamitan dan kondur besan akan menutup rangkaian acara upacara Dhaup Ageng Pakualaman," imbuhnya.