Suara.com - Presiden Ekuador Daniel Noboa pada Rabu (10/1/2024) menyatakan perang terhadap kartel narkotika setelah kekerasan antara kelompok kriminal tersebut dengan aparat keamanan selama tiga hari.
Dalam sebuah wawancara dengan radio lokal Radio Canela, Noboa membahas "aksi teroris" dan kekerasan yang meningkat dramatis di negeri tersebut.
"Kita menyatakan perang. Kita tidak boleh menyerah kepada teroris ini. Kita akan melakukan apa yang diperlukan untuk menghapus rasa tidak aman. Kelompok kriminal ini mungkin mengira bisa menjatuhkan presiden dengan menyerang stasiun televisi dan menyandera aparat keamanan. Mereka tidak akan berhasil," kata Noboa seperti dilaporkan kantor berita Anadolu.
Akibat kekerasan bersenjata tersebut, sebanyak 11 orang aparat keamanan tewas. Kekerasan itu meliputi pembakaran kendaraan, blokade dan pemboman di sejumlah propinsi.
Baca Juga: Ekuador Chaos! Kelompok Bersenjata Serbu Stasiun TV, Napi Sandera Sipir, Mafioso Culik Polisi
Sementara itu, lembaga pemasyarakatan nasional pada Rabu mengumumkan bahwa para narapidana telah menyandera 139 sipir penjara.
Pada Selasa, Noboa mengumumkan bahwa negara dalam kondisi konflik bersenjata internal dan menyatakan 22 kelompok kriminal sebagai organisasi teroris. Noboa juga memerintahkan tentara bergerak melawan kelompok kriminal yang meneror masyarakat.
Menurut Noboa, dengan menyatakan kelompok tersebut sebagai kelompok teroris, maka pemerintah akan mudah mengambil tindakan terhadap mereka.
"Semua kelompok teroris tersebut akan menjadi sasaran militer, jika Anda ingin melawan dan berani, maka kalian akan berhadap dengan militer," kata dia.
Pernyataan presiden tersebut ditandatangani setelah sekelompok pria bersenjata menyerbu stasiun televisi TC di Kota Guayaquil saat sedang siaran langsung, dengan menyandera pegawai sambil mengacungkan senjata dan granat.
Baca Juga: Kesulitan Tangkap Gembong Narkoba Fredy Pratama di Thailand, Bareskrim: Dia Dilindungi Gengster
Pada hari yang sama, mereka menduduki sebuah universitas di Guayaquil dan menyandera beberapa mahasiswa. Sebanyak 13 tersangka ditahan menyusul serangan ke stasiun televisi tersebut.
Noboa juga mengumumkan sejumlah langkah dramatis, termasuk menerapkan jam malam dan tindakan keras terhadap pejabat kehakiman yang terlibat.
“Kami menganggap hakim dan jaksa yang mendukung para pemimpin kelompok teroris ini sebagai bagian dari kelompok teroris juga,” kata Noboa.
Menurut Noboa, negaranya akan mendeportasi tahanan asing, terutama warga Kolombia, untuk mengurangi populasi penjara, mengingat tahanan dari Kolombia, Peru dan Venezuela mencapai 90 persen orang asing yang dipenjara di negara tersebut.
Noboa mengatakan, sebanyak 1.500 tahanan Kolombia akan dideportasi mulai pekan ini.
Gelombang kekerasan di negara tersebut dipicu oleh kaburnya Jose Adolfo Macias, alias "El Fito", pemimpin "Los Choneros", sebuah organisasi kekerasan yang menguasai perdagangan narkotika di negara tersebut dan diduga merupakan cabang Kartel Sinaloa, sebuah sindikat kriminal asal Meksiko.
Pekan lalu, Macias melarikan diri dari selnya di penjara Litoral Guayaquil bersama dengan gembong narapidana lainnya.
Dia menjalani hukuman 34 tahun penjara sejak 2011 setelah dinyatakan bersalah atas perdagangan narkoba, pembunuhan, dan kejahatan terorganisir. (Sumber: Antara/Anadolu)