Suara.com - Akademisi Universitas Presiden, Nino Viartasiwi, meyakini tindakan pembubaran pengungsi Rohingya di Aceh bukan murni keinginan para mahasiswa. Nino yakin mereka diorganisir salah satu pihak dengan baik.
Pasalnya, terlihat dari kedatangan para mahasiswa itu menggunakan truk dan membawa spanduk. Ia meyakini ada pihak yang ikut membiayai gerakan mereka.
"Saya lihat mahasiswa ini pakai truk, saya jadi mau tanya itu truk dari mana? Siapa yang buatkan poster? Artinya ini terorganisir," ujar Nino dalam diskusi daring, Kamis (28/12/2023).
Menurutnya, pihak yang mengorganisir mahasiswa itu juga turut campur dalam pembangunan narasi buruk soal pengungsi Rohingya di media sosial. Sehingga, akhirnya membuat mahasiswa yang mendapatkan informasi seadanya itu melakukan tindakan pengusiran.
"Apa yang terjadi di media sosial saat ini terinidkasi terorganisir. Saya tak tahu siapa yang ada di belakang ini. Biasanya yang komentar-komentar negatif di media sosial adalah akun-akun anonim. Ini bahasanya jahat sekali," ucapnya.
Tak hanya itu, ia juga menilai ada keterkaitan indikasi politik dalam rangkaian peristiwa yang menimpa pengungsi Rohingya. Apalagi, saat ini Indonesia sedang menjalani tahapan Pemilu.
"Saya rasa ini tidak lepas dari situasi politik Indonesia. Ini umpan bagi pemimpin karena ini untuk digoreng saja nantinya. Siapa yang diumpan? Saya tidak menjawab pastinya. Tapi ini umpan," pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, sebuah video beredar di media sosial, memperlihatkan sekelompok pengungsi Rohingya yang mayoritas perempuan dan anak-anak menangis ketakutan. Peristiwa itu terjadi disebut setelah massa mahasiswa membubarkan paksa mereka.

Dalam video yang beredar di media sosial X itu, sekelompok mahasiswa dengan mengenakan khas baju almamater berteriak-teriak di sebuah tempat untuk membubarkan pengungsi Rohingya.
Baca Juga: JRS Aceh Tegaskan Isu Miring Pengungsi Rohingya Hoax!
Dalam sebuah unggahan salah satu akun di X menyebutkan, massa mahasiswa di Banda Aceh itu memaksa agar pengungsi Rohingya bubar. Aksi mereka sampai membuat perempuan dan anak-anak yang duduk di lantai menangis ketakutan.