Suara.com - Akademisi Universitas Presiden, Nino Viartasiwi menulai tindakan yang dilakukan sejumlah mahasiswa yang mengusir paksa pengungsi Rohingya di Aceh hanya berdasarkan pemberitaan di media sosial saja. Mereka disebutnya tak berpikir kritis sebelum mengambil tindakan.
Menurutnya, perilaku ini memang sudah kerap dilakukan oleh generasi z. Anak muda banyak yang mempercayai pemberitaan di media sosial secara mentah-mentah tanpa melakukan riset mendalam.
"Mahasiswa itu me-refer (merujuk) dari media sosial. Jadi idenya datang dari luar bukan melihat secara kritis soal persoalan ini," ujar Nino dalam diskusi daring, Kamis (28/12/2023).
Menurut Nino, pemberitaan miring soal Rohingya belakangan ini semakin tidak kondusif. Ia bahkan menduga ada pihak yang sengaja membingkai alias framing pemberitaan miring soal pengungsi Rohingya.
![180 Pengungsi Rohingya Singgah ke Disdukcapil Pidie. [Antara]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2023/12/23/94131-pengungsi-rohingya.jpg)
"Ini terjadi karena informasi digital dan framing yang ada di media sosial," ucapnya.
Hal ini juga terlihat dari ujaran kebencian yang kerap dituliskan oleh sejumlah akun di media sosial. Ia menduga ada mobilisasi pendengung atau buzzer untuk menjatuhkan citra pengungsi Rohingya.
"Saya tak tahu siapa yang ada di belakang ini. Biasanya yang komentar-komentar negatif di media sosial adalah akun-akun anonim. Ini bahasanya jahat sekali," pungkasnya.
Viral
Diberitakan sebelumnya, sebuah video beredar di media sosial, memperlihatkan sekelompok pengungsi Rohingya yang mayoritas perempuan dan anak-anak menangis ketakutan. Peristiwa itu terjadi disebut setelah massa mahasiswa membubarkan paksa mereka.
Baca Juga: Tak Bisa Asal Usir Rohingya, Begini Posisi Indonesia Terkait Pengungsi Menurut Dirjen Imigrasi
Dalam video yang beredar di media sosial X itu, sekelompok mahasiswa dengan mengenakan khas baju almamater berteriak-teriak di sebuah tempat untuk membubarkan pengungsi Rohingya.