Ini adalah angka terkait peluang pemanfaatan AI dan dampak AI terhadap pekerja Indonesia. Wamen Nezar juga memprediksi bahwa tahun 2024 akan ditandai dengan perlombaan antara inovasi dan regulasi AI maka dari itu Indonesia perlu bersiap sejak sekarang.
“Kami mengadvokasi kepentingan nasional untuk memastikan bahwa pengembangan tata kelola AI memberikan landasan bagi negara berkembang seperti Indonesia. Dan menyuarakan keprihatinan negara-negara berkembang dimana diskusi tata kelola AI harus seimbang tidak hanya pada aspek keamanan tetapi juga pada dampak ekonomi," ujar Nezar Patria yang turut hadir dalam seminar di Gedung Notonagoro Fakultas Filsafat UGM ini.
"Kami berharap dapat mengadakan pertemuan serupa dan diskusi lebih lanjut dengan pemangku kepentingan lainnya. Mari berkolaborasi untuk meningkatkan ekosistem AI di Indonesia," imbuhnya.
Dalam seminar ini tidak hanya dihadiri dari pihak pemerintah, akademisi, perusahaan swasta namun juga ikut mengundang komunitas. Ketua Masyarakat AI Indonesia (IAIS) Dr.Ir. Lukas juga membagikan pengalaman dan ilmunya kepada para peserta.
Lukas menekankan pentingnya aspek etis dalam penerapan AI. Ia menyebut beberapa asas yaitu transparansi, privasi, persetujuan, keamanan, akuntabilitas, pengalaman pelanggan, anonimitas, penghindaran praktik penipuan, dampak lingkungan, tanggung jawab sosial, dan aksesibilitas yang perlu diperhatikan dalam penggunaan AI.
“Pertimbangan etis dalam penerapan AI sangat penting untuk membangun kepercayaan konsumen, mematuhi peraturan, dan memastikan praktik yang bertanggung jawab dan berkelanjutan. Perusahaan tidak hanya harus mengutamakan keuntungan tetapi juga menjunjung tinggi nilai-nilai etika ketika memanfaatkan AI dalam usahanya," kata Lukas.
Langkah Yandex

Sebagai perwakilan Yandex, Alexander Popovskiy menampung masukan-masukan perihal etika dan kebijakan yang berlaku di Indonesia perihal AI. Yandex sendiri memiliki alat yang berbasis AI, salah satunya YandexGPT.
Yandex mengembangkan solusi kecerdasan buatan, seperti dalam pengambilan keputusannya harus aman, mematuhi standar keselamatan dan menciptakan konten yang tidak memihak. Sehingga teknologi tetap akurat tapi masih mencerminkan realitas yang ada.
Baca Juga: Perayaan Natal Nasional 2023, Menteri Kominfo Gaungkan Kerukunan Beragama
Menurut Popovskiy, sebenarnya di negara asalnya, Rusia juga telah ada kode etik semacam ini. Kode etik AI itu dikembangkan oleh aliansi perusahaan teknologi Rusia, negara, komunitas ilmiah, dan lembaga publik.