Disitat dari laman indracharismiadji.com, sosok Indra Charismiadji adalah pria yang lahir di Bandung pada 9 Maret 1976.
Ia lahir dari keluarga pendidik. Oleh karenanya, ia menyebut jiwa raganya mencintai dunia pendidikan dan hal itu menjadi salah satu alasan kuat mengapa akhirnya terjun total di dunia pendidikan.
“Memang sejak dari kecil, passion saya ada di dunia pendidikan. Jadi, walaupun saya berlatar belakang pendidikan dari bidang yang berbeda namun rasa cinta terhadap bidang pendidikan bagaikan magnet yang menarik diri saya untuk selalu berkiprah dalam bidang edukasi,” kata Indra dikutip dari laman resminya.
Direkur Eksekutif Center for Education Regulations and Development Analysis (CERDAS) ini menyebut, dirinya terus berinovasi untuk melahirkan sesuatu yang bermanfaat guna memajukan dunia pendidikan.
Indra Charismiadji menyelesaikan studi dari the University of Toledo, negara bagian Ohio, Amerika Serikat, dengan gelar ganda di bidang keuangan dan pemasaran untuk jenjang strata satu. Dia melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi di Dana University, Ottawa Lake, negara bagian Michigan, Amerika Serikat.
Berbekal pengalaman bekerja di beberapa perusahaan tingkat dunia di Amerika Serikat seperti Merril Lynch, Omnicare, dan Dana Corporation, pada 2002, Indra memutuskan kembali ke tanah air. Dia lantas berperan aktif dalam mengembangkan mutu pendidikan di Indonesia.
Indra juga memiliki pengalaman yang unik saat memutuskan kembali ke Indonesia, setelah memiliki karier yang cemerlang di Amerika Serikat.
“Di koran-koran dan televisi, saya selalu membaca, melihat, dan mendengar bahwa Indonesia sangat banyak masalah. Itu yang mendorong saya pulang ke Indonesia,” kata Indra.
Padahal, ia menyebut saat itu hidupnya di AS cukup mapan bersama keluarganya. Tapi, hal itu dia tinggalkan semua demi mewujudkan cita-citanya memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia.
Baca Juga: Gempar Jubir Timnas AMIN Ditangkap Kejaksaan, Ternyata Terjerat Kasus Penggelapan Pajak
Ia bahkan menyebut banyak teman yang sudah hidup nyaman di Amerika mencegahnya pulang.