Maka dari itu, di tengah masyarakat timbul kesan bahwa Dewas sengaja mengulur-ulur waktu agar kemudian Firli terbebas dari sanksi etik berat.
Indikasi tersebut kian menguat, sebab, proses sidang etik baru digelar tiga pekan pasca Firli ditetapkan sebagai Tersangka oleh Polda. Ini tentu janggal, apalagi mengingat pembuktian etik, yang mana standarnya berbeda jauh dari hukum pidana.
Sederhananya, etik berbicara mengenai kepantasan, sedangkan pembuktian hukum bergantung pada keterpenuhan alat bukti.