Pengamat Soal Gaya Gibran Pakai Bahasa Asing Saat Debat: Yang Muncul Arogansi Dan Sok Keminter

Selasa, 26 Desember 2023 | 10:34 WIB
Pengamat Soal Gaya Gibran Pakai Bahasa Asing Saat Debat: Yang Muncul Arogansi Dan Sok Keminter
Cawapres nomor urut dua Gibran Rakabuming Raka memberikan pemaparan dalam debat perdana Cawapres 2024 di JCC Senayan Jakarta, Jumat (22/12/2023). [Suara.com/Alfian Winanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Calon wakil presiden nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka menjadi sorotan lantaran menggunakan istilah asing saat bertanya dengan Cawapres lainnya dalam debat, Jumat (22/12/2023).

Diketahui, Gibran saat itu menayakan cawapres nomor urut 1, Muhaimin Iskandar tentang tentang State of Global Islamic Economy (SGIE).

Pengamat Komunikasi Politik dari Pusat Kajian Pembangunan Daerah (PKPD), Wahyuningsih Subekti mengatakan, ada dua hal yang bisa dicermati dari Gibran di debat, yakni terkait penampilan dan penggunaan kata-kata, serta istilah asing.

Terkait penampilan, Wahyuningsih menilai Gibran dalam situasi over confidence. Ia berusaha tampak menguasai bidang yang ditanyakan oleh panelis meski jawaban yang disampaikan, sebenarnya tidak menjawab pertanyaan.

Gibran terkesan mengusai materi, dengan gaya bicara dan intonasi yang telah diatur sedemikian rupa.

“Tetapi faktanya tidak menyimak apa isi pesan dari pertanyaan panelis. Bahkan pertanyaan yang dilontarkan kepada cawapres lainnya, pada sesi 3, cenderung tidak berada dalam koridor tema sesuai arahan dari moderator acara debat,” kata Wahyuningsih dalam keterangannya, yang diterima Suara.com, Selasa (26/12/2023).

Menurut Wahyuningsih, penggunaan kata-kata dan istilah yang tidak umum juga menarik. Misalnya, Carbon Capture and Storage dan SGIE.

Padahal, seharusnya Gibran menggunakan diksi yang mudah dimengerti oleh masyarakat Indonesia pada umumnya, bukan hanya oleh sekelompok elite dan akademisi saja.

Pemberian narasi awal sebelum masuk ke dalam pertanyaan juga dapat mempermudah masyarakat untuk memahami apa yang hendak dipertanyakan, bukan langsung ke pertanyaan dan menggunakan kata-kata atau istilah asing.

Baca Juga: Ciri-ciri Pelaku Penembakan Relawan Prabowo-Gibran Di Madura, Korban Ternyata Tokoh Agama

“Sehingga yang memang dibutuhkan dari seorang pemimpin untuk masa yang akan datang antara lain adalah menjadi active listener, mendengarkan secara seksama pesan yang disampaikan oleh lawan bicara, memahami secara dalam apa yang menjadi pokok permasalahan dan memberikan jawaban-jawaban yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi,” tuturnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI