Investor Bobol Bursa Saham Israel Jelang Serangan Hamas di 7 Oktober, Seolah Tahu Akan Ada Perang

Liberty Jemadu Suara.Com
Selasa, 05 Desember 2023 | 16:46 WIB
Investor Bobol Bursa Saham Israel Jelang Serangan Hamas di 7 Oktober, Seolah Tahu Akan Ada Perang
Bursa saham Israel dibobol dengan skema short selling beberapa hari jelang 7 Oktober. Ada investor yang tahu Hamas akan menyerang dan mengobarkan perang. [MAHMUD HAMS/AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dua orang peneliti hukum di Amerika Serikat mengatakan bahwa sejumlah investor sudah mengetahui rencana serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober lalu dan memanfaatkan informasi tersebut untuk membobol bursa saham Tel Aviv.

Seperti dilansir dari The Guardian, Robert Jackson Jr dan New York University dan Joshua Mits dari Columbia University, dalam laporan mereka setebal 66 halaman menunjukkan bahwa sejumlah investor melakukan short selling terhadap saham-saham Israel beberapa hari sebelum serangan Hamas pada 7 Oktober, yang berujung perang Gaza hingga saat ini.

Keduanya membeberkan puncak aksi short selling para investor itu terjadi pada 2 Oktober. Mereka mencatat ketika itu ada kenaikan harga saham di bursa Israel yang sangat signifikan dan tiba-tiba.

Short selling sendiri atau transaksi kosong adalah aksi menjual saham yang tidak dimiliki oleh investor atau trader. Mereka akan meminjam saham orang lain melalui broker, lalu menjualnya di bursa dengan harga tinggi.

Baca Juga: Pasukan Darat Israel Teruskan Serangan Ke Bagian Selatan Jalur Gaza

Aksi penjualan besar-besaran ini biasanya bertujuan untuk membuat harga jatuh, sehingga para bandar akan membeli saham-saham tersebut dengan harga murah dan mengembalikannya ke pemilik. Keuntungan bagi para bandar diambil dari selisih jual dan beli saham tersebut.

Salah satu peneliti, kepada Telegraph, mengatakan diperkirakan keuntungan dar aksi short selling itu bisa mencapai di atas 100 juta dolar AS atau sekitar Rp 1,5 triliun.

Otoritas sekuritas Israel (ISA) mengatakan sudah mengetahui laporan tersebut dan sedang menyelidikinya. Sementara surat kabar terkemuka Israel, Haaretz menduga aksi short selling itu dilakukan oleh investor yang terkait dengan Hamas.

Menurut para peneliti, aksi short selling sebelum serangan 7 Oktober itu jauh melampui aksi serupa yang terjadi pada momen-momen krisis finansial sebelumnya, seperti pada 2008, pada perang Gaza 2014 dan pada masa pandemi Covid-19 lalu.

Salah satu contoh aksi short selling yang paling mencolok sebelum serangan Hamas adalah penjualan saham Leumi, bank terbesar Israel. Sebanyak 4,43 lembar saham Leumi dilepas dalam skema short selling pada periode 14 September - 5 Oktober.

Baca Juga: Militer Israel Mengganas, 7 Warga Palestina di Gaza Meninggal Setelah Diserang di Dalam Rumah

Alhasil harga saham Leumi turun hampir 9 persen pada 8 Oktober, hanya beberapa jam setelah serangan Hamas dimulai.

"Temuan kami mengindikasikan bahwa para trader yang sudah mengetahui akan adanya serangan mengambil keuntungan dari tragedi ini. Temuan ini konsisten dengan studi-studi sebelumnya," tulis dua peneliti tersebut.

Dalam studi itu mereka juga menunjukkan adanya pola yang sama pada April lalu, ketika muncul laporan bahwa Hamas berencana menyerang Israel.

Ketika itu, aksi short selling mencapai puncaknya pada 3 April. Meningkatnya aksi short selling pada 3 April itu mirip dengan pada 2 Oktober lalu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI