Suara.com - Para pengungsi Rohingya tetap mendarat ke Indonesia meski menerima banyak penolakan dari warga Aceh. Bukan tanpa sebab, pengungsi Rohingnya dinilai kerap membuat ulah yang tidak sesuai dengan norma-norma di Aceh.
Saat ini setidaknya ada 1.400 orang pengungsi Rohingya yang bermukim di berbagai daerah di Aceh seperti Bireuen, Sabang, dan Pidie.
Pada Sabtu (2/12/2023) kemarin, ada 139 orang pengungsi Rohingya yang mendarat di Pantai Desa Le Muelee, Sabang, Aceh. Para pengungsi ini kembali ditolak warga. Kendati demikian, belum ada dari mereka yang ingin meninggalkan tanah serambi Mekah.
Permasalahan pengungsi Rohingya dengan warga setempat kini sedang ditangani oleh pemerintah. Presiden Jokowi juga mengungkap pihaknya telah memerintahkan Menko Polhukam Mahfud MD untuk menangani kasus ini.
"Saya telah memerintahkan kepada pak Mahfud MD Menkopolhukam untuk menangani kasus Rohingaya ini bersama dengan pemerintah daerah, juga dengan UNHCR," ungkap Jokowi dalam keterangannya pada Senin (4/12/2023).
Meskipun begitu, ratusan warga Aceh mengaku penolakan terhadap pengungsi Rohingya sendiri dilatarbelakangi oleh ulah serta kelakuan buruk para pengungsi Rohingya sebelumnya.
Lalu, apa saja kelakuan buruk para pengungsi Rohingya yang mendapat banyak penolakan di berbagai negara ini? Simak inilah deretan faktanya.
Kasus perdagangan orang
Meskipun niat mereka mencari suaka ke Indonesia, namun oknum pengungsi Rohingya sendiri ada yang memanfaatkan momen ini untuk terlibat dalam tindak pidana perdagangan orang (TPPO).
Baca Juga: Workshop Kewirausahaan Ganjar-Mahfud Bertransformasi Jadi Mesin Pencipta Lapangan Kerja
Hal ini tercatat oleh Polda Aceh terjadi dalam kurun waktu 2015 hingga 2023. Kasus ini kemudian diserahkan ke UNHCR dan IOM demi menyelesaikan kasus ini.
Beberapa pengungsi sengaja kabur keluar dari kamp
Kamp pengungsian para pengungsi Rohingya ini juga sudah disediakan oleh pemerintah. Namun pemberontakan sempat terjadi di awal tahun 2023 lalu ketika beberapa pengungsi mencoba kabur dari kamp demi mendapatkan kebebasan.
Mereka sengaja bersembunyi di perkebunan milik warga agar tidak ditangkap polisi. Namun aksi mereka akhirnya gagal karena berhasil dibekuk oleh polisi.
Mencuri kelapa milik warga
Selain di kamp pengungsian, masih banyak pengungsi Rohingya yang bermukim di pinggir pantai sekitaran Aceh Utara dan Aceh Timur. Hal ini dikarenakan warga melarang mereka untuk masuk ke wilayah pemukiman warga.
Namun, para pengungsi ini berulah dengan mencuri kelapa dari pohon milik warga yang tinggal di pesisir pantai. Mereka beralasan membutuhkan asupan makanan sehingga nekat mencuri.
Pencurian kelapa ini bahkan dilakukan secara berulang-ulang kali sehingga membuat warga semakin mengecam keberadaan pengungsi Rohingya.
Tindakan asusila di kamp
Tak hanya itu, polisi menemukan fakta bahwa banyak oknum pengungsi Rohingya yang melakukan tindak asusila selama berada di kamp pengungsian.
Pada Juli 2023 lalu, seorang pemuda Rohingya akhirnya diamankan lantaran memerkosa anak di bawah umur dan melecehkan wanita.
Buang nasi dan bantuan warga
Kelakuan buruk pengungsi Rohingya juga terungkap saat warga Aceh berusaha mengusir mereka.
Warga Aceh mengaku memberikan bantuan berupa makanan instan dan beberapa makanan pokok kepada pengungsi. Namun, para pengungsi malah membuang bantuan itu ke laut karena kecewa ditolak warga Aceh.
Aksi pembuangan makanan ke laut itu semakin membuat warga Aceh marah dan memilih mengusir para pengungsi Rohingya lain.
Sebut porsi nasi terlalu sedikit
Video warga Aceh lain juga sempat viral ketika para pengungsi Rohingya sedang makan di salah satu balai desa. Diketahui balai desa itu merupakan tempat penampungan di Aceh. P
ara pengungsi Rohingya tersebut dengan gamblang menyebut porsi nasi yang diberikan terlalu sedikit. Padahal, porsi nasi yang terlihat sudah cukup banyak dan melebihi porsi nasi normal.
Kontributor : Dea Nabila