8 Fakta Horor Gunung Marapi Meletus: 11 Pendaki Tewas, Mengapa Tak Ada Sirine Peringatan?

Ruth Meliana Suara.Com
Senin, 04 Desember 2023 | 14:22 WIB
8 Fakta Horor Gunung Marapi Meletus: 11 Pendaki Tewas, Mengapa Tak Ada Sirine Peringatan?
Kolom abu setinggi lebih kurang 800 meter keluar dari Gunung Marapi di Sumatera Barat, Rabu (11/1/2023). [Dok.Antara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Letusan gunung berapi kembali terjadi di Indonesia. Kali ini, Gunung Marapi di Kabupaten Agam, Sumatra Barat mengeluarkan erupsi pada Minggu (3/12/2023) sore sekitar pukul 14.53 WIB.

Peristiwa bencana alam ini telah membuat puluhan pendaki terjebak, serta menewaskan 11 pendaki. Warga setempat juga panik lantaran letusan Gunung Marapi terjadi tanpa peringatan atau suara sirene.

Alhasil warga sekitar Kabupaten Agam langsung mulai mengevakuasi diri agar tak terkena dampak erupsi. Sebelumnya, warga yang tinggal di kaki gunung juga sempat kesulitan dievakuasi karena tak ada peringatan dini.

Adapun Gunung Marapi sempat mengalami erupsi pada tanggal 6 Januari 2023 lalu. Namun, letusan kali ini diketahui lebih besar dari sebelumnya, serta telah membuat puluhan pendaki menjadi korban.

Baca Juga: Pendaki Gunung Marapi Sempat Terkena Abu Vulkanik, Ini Bahayanya Bagi Tubuh

Lalu, seperti bagaimana letusan ini dapat terjadi? Mengapa tak ada peringatan dini dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) setempat? Simak inilah 8 fakta selengkapnya.

Letusan terdengar hingga Bukittinggi

Gunung Marapi yang terletak di antara Kabupaten Agam, Kabupaten Tanahdatar, dan Kota Padang Panjang ini pun meletus secara tiba-tiba. Suara dentuman keras pun terdengar sampai Kota Bukittinggi yang berjarak puluhan kilometer dari Agam.

Suara letusan itu membuat warga setempat panik dan berlarian menjauhi daerah gunung.

Hujan abu melanda beberapa daerah

Baca Juga: Viral Video Kondisi Pendaki Marapi yang Terjebak Erupsi, Tangan Patah Tubuh Penuh Lumpur

Pasca letusan gunung pada Minggu (3/12/2023), erupsi mulai menjalar ke rumah rumah warga di sekitar kaki gunung. Tak hanya itu, hujan abu juga melanda berbagai wilayah mulai dari Agam, Tanahdatar, hingga Bukittinggi.

Puluhan pendaki terjebak

Letusan tanpa adanya peringatan dini tersebut juga membuat puluhan pendaki Gunung Marapi terjebak di berbagai titik daki sehingga sulit untuk dievakuasi.

Dari data yang diungkap oleh Pemerintah Sumatera Barat dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar, setidaknya ada 75 orang pendaki yang terdaftar sedang mendaki gunung tersebut saat meletus.

Video salah satu pendaki viral

Video salah pendaki wanita yang terjebak dengan kondisi hampir seluruh tubuh ditutupi dengan abu vulkanik pun viral di media sosial.

Diduga, wanita ini sedang mendaki Gunung Marapi saat erupsi terjadi. Para warganet pun beramai-ramai mendoakan keselamatan pendaki tersebut.

11 orang meninggal dunia

Evakuasi para pendaki langsung dilakukan oleh Badan SAR Nasional (Basarnas) Sumatera Barat usai Gunung Marapi meletus. Dari total 75 orang pendaki yang terdaftar, Basarnas memastikan 11 orang pendaki meninggal dunia dalam kejadian erupsi.

"Pencarian sampai pukul 07.10, tim gabungan sudah berhasil menemukan 3 orang selamat dan 11 orang dalam keadaan MC delta (meninggal dunia), saat ini sedang proses evakuasi dari atas ke bawah," ungkap Kepala SAR Padang, Abdul Malik dalam keterangannya pada Senin (4/12/2023) pagi.

12 orang pendaki masih hilang

Tim gabungan SAR juga masih mencari keberadaan 12 orang pendaki yang hingga kini belum juga ditemukan.

Kondisi medan serta hujan abu yang terjadi di sekitar Gunung Marapi membuat tim SAR juga sulit menyusuri gunung. Tim SAR juga memerlukan bantuan kendaraan seperti helikopter.

PVMBG jelaskan mengapa tidak ada peringatan dini

Dari pengakuan para warga sekitar Gunung Marapi, tidak ada peringatan dini yang dikeluarkan oleh PVMBG akan adanya letusan gunung. Hal ini kemudian dijelaskan oleh pihak PVMBG melalui keterangan resminya.

"Peralatan deformasi (Tiltmeter) yang berada di stasiun puncak menunjukkan pola mendatar pada sumbu radial dan sedikit inflasi pada sumbu tangensial," tulis PVMBG.

PVMBG juga menjelaskan bahwa letusan yang terjadi di Gunung Marapi tidak menunjukkan adanya perubahan atau peningkatan gempa vulkanik yang signifikan.

"Hal ini menunjukkan proses erupsi berlangsung cepat dan pusat tekanan hanya berada pada kedalaman dangkal (sekitar puncak)," tambahnya.

Warga dievakuasi di posko

Pasca kejadian letusan, para warga sekitar lereng gunung langsung dievakuasi ke posko Batu Plano demi keselamatan.

Sementara itu, beberapa anggota keluarga pendaki juga terpantau mendatangi posko. Mereka masih menunggu kabar pendaki yang hingga kini masih belum ditemukan oleh Tim SAR.

Kontributor : Dea Nabila

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI