Suara.com - Pemilu di negeri kincir angin yang digelar baru-baru ini menjadi perbincangan hangat di negara-negara Uni Eropa. Pasalnya Partai Kebebasan atau PVV yang dikenal dengan tokoh anti-Islam Geert Wilders memenangkan pemilu di Belanda.
Berdasarkan perhitungan suara pada Kamis (23/11/2023), partai sayap kanan tersebut memenangkan 37 kursi di majelis rendah parlemen dari 150 kursi yang diperebutkan.
Bahkan menurut exit poll saat pemungutan suara selesai dilakukan pada Rabu (22/11/2023) malam, jumlah kursi yang berhasil direbut PVV berjumlah dua kali lipat dari pemilu sebelumnya.
"Saya harus mencubit lengan saya," kata Wilders seperti dikutip AP.
Baca Juga: Geert Wilders, Calon Perdana Menteri Belanda Berdarah Sukabumi Tapi Anti Islam
Kemenangan tersebut disambut gembira oleh kelompok populis sayap kanan Eropa yang mendukung kemenangan Wilders di Belanda dan berharap yang terbaik masih akan terjadi.
Pemenang pemilu Belanda, Geert Wilders sendiri selama ini dikenal sebagai penghasut anti-Islam yang terkenal dengan julukan 'Donald Trump dari Belanda.'
Wilders berhasil memenangkan pemilu di Belanda dengan sejumlah program kontroversial.
Sejumlah program tersebut mencakup seruan referendum agar Belanda keluar dari Uni Eropa, penghentian total penerimaan pencari suaka, dan penolakan terhadap migran di perbatasan Belanda.
Selain itu, mereka menganjurkan 'de-Islamisasi' di Belanda.
Baca Juga: Profil Geert Wilders, Politikus Anti-Islam yang Menangkan Pemilu Belanda
Wilder terang-terangan menyatakan tidak menginginkan adanya masjid atau sekolah Islam di Belanda, meski saat kampanyenya lebih melunak terhadap Islam dibandingkan di masa lalu.
Isu yang dipakai Wilders tersebut merupakan antitesis dari pemerintah sebelumnya yang berkuasa, dan akhirnya mundur.
"Belanda akan menjadi nomor satu lagi," kata Wilders.
"Rakyat harus mendapatkan kembali bangsanya."