Jokowi Kaget Dengar Tingkat Stres Guru Lebih Tinggi dari Profesi Lain

Sabtu, 25 November 2023 | 13:11 WIB
Jokowi Kaget Dengar Tingkat Stres Guru Lebih Tinggi dari Profesi Lain
Presiden Joko Widodo menghadiri acara Peringatan HUT ke-78 Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) dan Hari Guru Nasional (HGN) Tahun 2023 di Jakarta, pada Sabtu (25/11/2023). (ANTARA/Yashinta Difa)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Presiden Joko Widodo atau Jokowi berpidato dalam acara Peringatan HUT ke-78 Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) dan Hari Guru Nasional (HGN) Tahun 2023 di Jakarta, Sabtu (25/11/2023).

Dalam kesempatan itu, Jokowi mengaku kaget mendengar tingginya tingkat stres seorang guru jika dibandingkan dengan profesi lain.

Hal tersebut didapatinya setelah membaca temuan dari sebuah lembaga riset internasional, RAND Corporation.

Pada temuan itu diterangkan, ada tiga faktor yang menyebabkan tingginya tingkat stres guru.

Baca Juga: Kemendikbudristek Apresiasi Guru dan Tenaga Kependidikan pada Peringatan Hari Guru Nasional 2023

Tiga faktor yang dimaksud yakni perilaku siswa, perubahan kurikulum, dan perkembangan teknologi.

Kepala Negara memahami atas penyebab tingginya stres para guru.

Namun, menurutnya, mau tidak mau guru harus bisa mengikuti perubahan yang begitu cepat terjadi.

"Tetapi, ya, kurikulum memang harus berubah karena setiap saat perubahan itu selalu ada, apalagi sekarang ini dengan disrupsi teknologi yang begitu cepatnya—setiap hari berubah,” tuturnya.

Dalam kesempatan yang sama, Jokowi menyampaikan terima kasih sekaligus apresiasi kepada seluruh guru di Tanah Air.

Baca Juga: 42 Persen Guru Terjerat Pinjol Ilegal: Pinjam Rp 5 Juta Hutang Bengkak Jadi Rp 15 Juta

“Pada kesempatan yang baik ini atas nama pribadi, atas nama pemerintah, atas nama rakyat, saya mengucapkan terima kasih atas dedikasi, atas kontribusi para guru dalam mendidik generasi muda Indonesia—dalam mendidik kita semua,” terangnya.

Selain itu, mantan Gubernur DKI Jakarta itu juga menyoroti kesenjangan infrastruktur dan fasilitas pendidikan antara wilayah perkotaan dan daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).

“Saya kalau (kunjungan) ke daerah mampir ke SMK, saya lihat SMK di sebuah kabupaten kemudian saya bandingkan dengan SMK yang di kota memang gap sarana prasarana jauh berbeda. Ini menjadi tugas Menteri Pendidikan (untuk mencarikan solusinya),” tuturnya. [ANTARA]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI