Mokhallalati menandaskan memang semua gedung di Gaza, termasuk RS Al-Shifa, berada di atas terowongan bawah tanah. Untuk itu, Israel tak bisa menggeneralisasi gedung-gedung sipil sebagai pos Hamas.
Jika mencermati riwayat konflik Israel-Palestina, yang membuat Gaza dipenuhi terowongan bawah tanah justru karena kebijakan Israel dan Barat.
Terowongan itu memang sudah ada sejak awal 1980-an setelah kota Rafah dibagi dua; satu menjadi bagian Mesir, satu lagi menjadi bagian Palestina yang waktu itu masih diduduki Israel.
Pembagian Rafah adalah buah dari Perjanjian Camp David 1979 antara Mesir dan Israel yang mengakhiri permusuhan dan membuka jalan bagi pembukaan hubungan diplomatik antara Israel dan Mesir.
Mulanya jumlah terowongan itu sedikit, hanya sekitaran Rafah.
Namun, setelah Israel memblokade Gaza pada 2007 yang diikuti sanksi Barat, satu tahun setelah Hamas memenangkan pemilu Palestina 2006. Blokade itu membuat pangan, sandang, BBM, dan semua barang ekonomi yang dibutuhkan rakyat Gaza tak bisa lagi didapatkan dari perdagangan normal.
Diblokade
Gaza sebenarnya memiliki pantai, tapi perairannya diblokade angkatan laut Israel. Alhasil, pintu Gaza ke dunia luar hanya perbatasan Gaza-Mesir di Rafah.
Karena dikurung dari segala sisi, warga Gaza lalu menggali terowongan hingga perbatasan Mesir-Gaza untuk mendapatkan kebutuhan mereka.
Baca Juga: Husein Gaza Heran Israel Ngaku Punya Denah RS Indonesia Tahun 2010, Padahal Belum Dibangun
Israel memblokade Gaza untuk melemahkan Hamas sehingga rakyat Gaza kecewa untuk kemudian menjauhi Hamas. Padahal, Hamas berkuasa dari proses politik yang dianjurkan Barat, yakni Pemilu.