Suara.com - Serangan brutal Israel di Jalur Gaza menyebabkan kerusakan parah tak terperi. Lebih dari 50 persen perumahan di Gaza hancur lebur, menurut pemerintah setempat pada Jumat pekan lalu.
Disitat dari kantor berita Anadolu, Kamis (16/11/2023), dalam sebuah pernyataan, kantor media pemerintah di Gaza mengatakan sekitar 40.000 unit rumah di daerah yang terkepung itu dihancurkan sepenuhnya oleh serangan tentara Israel.
Sekitar 32.000 ton bahan peledak dijatuhkan di Gaza sejak dimulainya serangan Israel terhadap Gaza pada 7 Oktober.
Perkiraan kerugian awal di sektor perumahan dan infrastruktur diperkirakan mencapai USD2 miliar, kata kantor media pemerintah.
Baca Juga: Israel Tak Izinkan Pemakaman, Jenazah di RS Al Shifa Mulai Diincar Anjing-anjing Kelaparan
Israel telah melancarkan serangan udara dan darat tanpa henti ke Jalur Gaza sejak serangan lintas batas oleh kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober.
Lebih dari 10.500 warga Palestina, termasuk 4.324 anak-anak dan 2.823 perempuan, tewas akibat serangan Israel. Sementara itu, jumlah korban tewas di Israel hampir 1.600 orang, menurut laporan resmi.
Israel Serbu Rumah Sakit
Di sisi lain, pasukan pertahanan Israel (IDF) masih menguasai Rumah Sakit Al Shifa sejak melakukan penyerbuan pada Rabu (15/11/2023). Bahkan pihak berwenang Israel melarang jenazah-jenazah yang tergeletak di RS Al Shifa untuk dimakamkan.
Menurut laporan BBC, ada sekitar 150 jenazah yang menumpuk dan membusuk di area rumah sakit terbesar di Gaza tersebut.
Baca Juga: Ajakan Boikot Produk Pro Israel Meluas, Grab Turut Jadi Sasaran
"Meninggalkan bau yang tidak sedap," kata Manajer Al Shifa, Dr Mohamed Abu Selmia.
Meski kondisinya amat memprihatinkan, pihak berwenang Israel masih belum memberikan izin bagi jenazah di bawa ke luar area rumah sakit untuk dimakamkan.
Dr Selmia menyebut, jenazah-jenazah itu mulai menjadi incaran anjing.
Aksi tentara Israel juga memperburuk kondisi pasien di RS Al Shifa tak terkecuali bayi-bayi prematur. Puluhan bayi prematur di sana terancam tidak bisa disimpan di dalam inkubator karena pemadaman listrik.
Sejauh ini, sebanyak tiga bayi dan beberapa pasien dinyatakan meninggal dunia akibat kekurangan oksigen.
Dr Selmia menyebut, RS Al Shifa sudah berupaya bernegosiasi dengan pihak berwenang Israel untuk mengevakuasi bayi-bayi tersebut. Namun hingga saat ini belum ada kesepakatan.
Di sisi lain, Mark Regev, penasihat senior Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengklaim Israel sudah menawarkan solusi untuk mengevakuasi bayi-bayi dari RS Al Shifa. Akan tetapi, ia menuding Hamas menolak usulannya.