Suara.com - Abdillah Onim menjadi salah satu relawan Indonesia yang sudah berhasil dievakuasi dari Jalur Gaza, Palestina. Aktivis kemanusiaan yang akrab disapa Bang Onim itu mengaku mengalami pergolakan batin yang sangat berat hingga akhirnya berkenan dievakuasi dengan bantuan Kementerian Luar Negeri.
Menurut Bang Onim, awalnya dia dan istri masih bertekad untuk tetap di Jalur Gaza karena sudah terbiasa dengan tindakan militer Israel. Bahkan ketika Bang Onim mulai goyah, anak-anaknya yang juga sudah terbiasa di Palestina pun terus berusaha menguatkan diri.
“Abi, santai aja, itu seperti tahun-tahun sebelumnya kita di sini,” tutur Bang Onim menirukan apa yang disampaikan ketiga anaknya, dikutip dari tayangan kanal YouTube METRO TV, Selasa (14/11/2023).
Namun pemikiran ini berubah ketika ketegangan semakin meningkat pada beberapa hari setelahnya. Malah istrinya lah yang pertama kali menginisiasi niat evakuasi.
Baca Juga: Biodata Noah Schnapp, Aktor Stranger Things Puji Zionis Seksi dan Dukung Israel
“Karena setelah melihat sekolah-sekolah hancur, kemudian guru-guru yang meninggal dunia, lalu pembantaian luar biasa itu sudah mulai dirasakan, istri saya ambil keputusan bahwa kita harus keluar untuk menyelamatkan masa depan anak-anak,” kata Bang Onim.
“Walaupun teman-teman di luar mengatakan bahwa, ‘Bang Onim, jangan kabur’. Tapi ternyata berjuang juga harus membutuhkan strategi, membutuhkan taktik, bagaimana caranya Bang Onim di sini tapi bisa memberikan manfaat untuk di Jalur Gaza,” imbuhnya.
Menurut Bang Onim, saat ini masyarakat Gaza sangat memerlukan bantuan doa dan desakan kepada Israel agar melakukan gencatan senjata. Pasalnya Bang Onim sampai menggambarkan bahwa nyawa manusia di Jalur Gaza seakan tidak ada artinya karena kekejaman zionis Israel.
“Warga Gaza selalu berdoa, ‘Ya Allah, turunkan muzizat-Mu ya Allah, agar kami bisa berlindung’,” jelas Bang Onim.
Lantaran tidak ada tempat berlindung, kebanyakan keluarga di Palestina melakukan hal seperti yang dilakukan Bang Onim dan keluarganya. Yakni suami dan istri tidur terpisah supaya keluarga tidak serta-merta habis diserang Israel.
Baca Juga: Tank-tank Israel Tutup Akses Rumah Sakit Utama di Gaza, Bayi dan Pasien Dibiarkan Sekarat
“Jadi dalam rumah itu kami bagi tugas, istri di ruang tamu, Bang Onim di kamar. Kalau kamarnya dibom, Bang Onim meninggal, istri hidup. Kalau ruang tamu dibom, istri meninggal, Bang Onim hidup,” terang Bang Onim.
“Itu salah satu cara yang kita pakai di sana untuk menjaga keturunan dan generasi dan ini diterapkan oleh warga Gaza. Lalu kita lihat sendiri anak-anak yang menulis namanya di tangan mereka, supaya kalau mereka meninggal, jasad mereka ketahuan dari nama apa,” tandasnya.