Suara.com - Sepak terjang Abu Ubaidah salah satu petinggi Hamas mencuri perhatian dalam serangan Israel ke Palestina setelah membagikan pesan audio pada Sabtu, 4 November 2023.
Dalam pesan audio tersebut, Abu Ubaidah menyampaikan bahwa pasukan Al-Qassam, pasukan sayap kiri Hamas aktif menyerang musuh serta menetralisir kendaraan mereka. Setidaknya, ada 24 kendaraan musuh yang hancur.
Abu Ubaidah atau sering disebut juga sebagai Abu Ubayda, Abu Obaida, Abu Obayda, dan Abu Ubaydah, merupakan nama samaran dari salah satu anggota militan Palestina.
Abu Ubaidah merupakan juru bicara dari Brigade Izz ad-Din al-Qassam, sayap militer organisasi politik serta militer Islam terbesar di Palestina, Hamas.
Baca Juga: Sinopsis Film Dokumenter Five Broken Cameras, Luka Palestina dalam Sorot Lensa Kamera
Sampai saat ini asli Abu Ubaidah tidak pernah diketahui, begitu juga dengan sebagian besar detail kehidupan pribadinya. Selain itu, Abu Ubaidah tidak pernah penampakkan wajahnya di depan publik. Sehingga rupanya tidak pernah diketahui, karena setiap kali ia muncul di publik selalu mengenakan kain keffiyeh yang menutupi seluruh wajahnya.
Di tahun 2014, salah satu media Israel merilis foto yang diduga orang itu adalah Abu Ubaidah, dengan nama asli Huzaifa Samir Abdullah al-Kahloot. Akan tetapi, keaslian dari foto dan nama itu tegas dibantah oleh Brigade al-Qassam.
Salah seorang pemimpin seniornya mengungkapkan bahwa Abu Ubaidah "tidak dan tidak akan muncul di media manapun" dan hanya sebagian kecil orang yang tahu sosoknya.
Beberapa nama samaran itu diyakini merujuk pada nama Abu Ubayda ibn al-Jarrah, sahabat Nabi Muhammad sekaligus pemimpin pasukan Kekhalifahan Rasyidin selama terjadinya Pertempuran Yarmuk dan Pengepungan Yerusalem di abad ke-7.
Sejak konflik antara Israel dan Palestina yang meletusbpafa 7 Oktober lalu, Abu Ubaidah sudah muncul di layar kaca, setelah sebelumnya Mohammad Al-Deif, komandan Al-Qassam, menyerukan dimulainya operasi Banjir Al-Aqsa.
Baca Juga: Nestle PHK Ratusan Pekerja RI Ditengah Isu Boikot Produk Israel, Pertama Sejak Pabrik Berdiri
Ashraq Al-Awsat mengungkap, bahwa intervensinya akan muncul setiap beberapa hari sekali. Ini diungkap lewat sebuah rekaman pidato, dengan mengenakan keffiyeh merah dan seragam loreng hijau, untuk menyampaikan posisi Al-Qassam dan membicarakan tentang perkembangan pertempuran.
Sejak terjadinya perang Israel di Jalur Gaza, Abu Ubaidah sudah muncul beberapa kali baik sebelum atau sesudah terjadinya konflik. Dia dinilai berhasilnmengelola perang media, dengan sikap profesionalisme dalam menghadapi para juru bicara Israel yaang menurut para pendukung Hamas di Palestina.
Sosok Abu Ubaidah pertama kali dikenal pada tahun 2002 sebagai salah satu petinggi Al-Qassam. Dia berbicara hampir seluruh media dan dalam sejumlah konferensi pers, namun tidak pernah sekalipun ia memperlihatkan wajahnya.
Sikapnya ini mengikuti contoh mantan pemimpin Al-Qassam, Imad Aqel, yang wafat karena dibunuh oleh Israel pada tahun 1993.
Sejak Israel keluar dari Gaza pada tahun 2005, Abu Ubaidah resmi ditunjuk sebagai juru bicara Al-Qassam. Diketahui, pria dengan sorot mata tajan namun teduh ini berasal dari kota Naalia di Gaza. Kota tersebut pernah diduduki Israel pada tahun 1948.
Pada perang yang terjadi pada tahun 2014, ia mengumumkan penculikan terhadap tentara Israel Shaul Aron di tengah-tengah konflik darat. Masyarakat Palestina pada saat itu ikut turun ke jalan di Tepi Barat pada pawai spontan, mereka meneriakkan dukungannya terhadap Abu Ubaidah.
Sebelumnya, Abu Ubaidah mempunyai akun Twitter (saat ini berganti nama X), dan Facebook, namun kini keduanya sudah ditutup permanen. Saat ini, ia mempublikasikan perkembangan situasi perang melalui situs resmi Al-Qassam dan leeat aplikasi Telegram serta saluran "Al-Aqsa" yang telah berafiliasi dengan Hamas.
Sebelum pecahnya konflik pada 2014, Abu Ubaidah telag mempresentasikan tesis master di Universitas Islam dari Fakultas Dasar-dasar Agama, berjudul, "Tanah Suci antara Yudaisme, Kristen, dan Islam." Sekarang, dia dinilai sebagai ujung tombak "perang psikologis dalam melawan Israel."
Kontributor : Nadia Lutfiana Mawarni