Suara.com - Sudah puluhan ribu korban jiwa timbul sejak agresi militer dilakukan Israel di Palestina selama kurang lebih sebulan belakangan. Jumlah korban dikhawatirkan akan terus bertambah jumlahnya seiring dengan bencana kelaparan yang bisa datang dalam waktu dekat.
Hal ini diungkapkan secara blak-blakan oleh Oday Alakhras, warga Palestina yang menetap di Indonesia. Oday dan istrinya kini terus berusaha menghubungi keluarga di Palestina di tengah konflik yang terjadi.
Menurut Oday, saat ini sudah ada sekitar sejuta orang dari kawasan Gaza Utara yang mengungsi ke Gaza Selatan, termasuk ke rumah keluarganya. “Ada seratus orang di rumah kita,” ucap istri Oday, dikutip dari podcast-nya bersama Baim Wong, Sabtu (11/11/2023).
“Mereka lari ke rumah-rumah orang di Gaza Selatan. (Makanan) sekarang sudah menipis dan sangat berkurang,” lanjutnya.
Bahkan saking berkurangnya, untuk mendapatkan sebuah roti untuk satu keluarga pun harus mengantre selama sembilan jam.
“Kemarin Ayah nelepon, mau mendapatkan satu roti aja untuk per keluarga itu harus mengantre 9 jam dan untuk beli tepungnya itu antre 2 hari,” terangnya.
Menurut istri Oday juga, kebanyakan bantuan kemanusiaan yang disalurkan sebagian masih tertahan di perbatasan, tidak terkecuali bantuan-bantuan dari pemerintah Indonesia.
“(Bantuan untuk Gaza) tertahan di Mesir, jadi jalur Rafah itu tidak dibuka. Kalaupun dibuka, yang mau bantu itu ada ribuan truk, tapi yang boleh masuk cuma 30,” ujar istri Oday.
“Itu sekarang ada kelaparan di Gaza. Minuman juga (kekurangan), mereka minum air yang kotor, air dari laut dicampur gitu. Air bersih juga tidak ada, sudah habis, soalnya air bersih salurannya dari Israel masuk ke Gaza, diputus. Listrik juga dari 35 hari nggak ada,” sambung Oday.
Baca Juga: Curhat Kakak Relawan Indonesia di Gaza, Adik Cuma Minta Ini Jelang Berangkat: Doakan Jadi Syahid
Bahkan menurut adik Oday, warga Gaza hanya merasakan keberadaan listrik selama 1-2 menit. Karena itulah, Oday menggambarkan Gaza seperti hidup di zaman dahulu tanpa listrik dan internet.