Jadi Korban Bombardir Israel, 92 Staf PBB Tewas di Jalur Gaza

Jum'at, 10 November 2023 | 06:47 WIB
Jadi Korban Bombardir Israel, 92 Staf PBB Tewas  di Jalur Gaza
Arsip - Sejumlah warga mengangkut para korban dari sebuah gedung yang hancur akibat serangan Israel di Kota Rafah di Jalur Gaza bagian selatan, Selasa (17/10/2023). (ANTARA/Xinhua/Khaled Omar/tm/am.)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Anggota staf Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) turut menjadi korban konflik Israel-Hamas. Komisaris Jenderal Badan Pengungsi Palestina PBB atau UNRWA, Philippe Lazzarini menyebut sebanyak 92 staf dinyatakan tewas di Jalur Gaza.

Lazzarini menuturkan setidaknya ada 13 ribu anggota PBB yang ditugaskan di Jalur Gaza. Jumlah anggota yang tewas itu disebutnya baru pertama kali dialami.

Meski begitu, UNRWA masih terus bertugas menyelamatkan korban-korban konflik di Jalur Gaza. Ia menyebut, sebanyak 700 ribu orang mengungsi ke sekolah-sekolah yang didirikan UNRWA.

"Agar dapat berlindung di bawah bendera biru PBB," kata Lazzarini dikutip Suara.com melalui Antara, Jumat (10/11/2023).

Baca Juga: Aksi Solidaritas untuk Palestina di Kedubes AS

Lazzarani menuturkan, upaya melindungi diri itu bukan berarti bisa sepenuhnya selamat dari konflik. Sebab hingga saat ini ada 50 lebih fasilitas mereka yang telah diserang hingga menelan puluhan korban jiwa.

Ratusan warga juga disebutnya mengalami luka.

"Menyelamatkan diri ke wilayah selatan Jalur Gaza juga tidak dijamin aman," tuturnya.

Lebih lanjut, ia mengatakan, sepertiga staf PBB di Jalur Gaza tewas akibat ikut menjadi sasaran bombardir.

Karena itu, ia merasa akan semakin jauh dari kata perdamaian. Bagaimana tidak, Lazzarini saja mengaku sangat kaget melihat apa yang terjadi di Gaza.

Baca Juga: Larang Pengendara Motor Pasang Bendera Palestina, Seorang Security Summarecon Bekasi Dipecat

“Situasinya menyayat hati," terangnya saat diwawancarai media lokal Swiss.

Kesulitan juga terasa bagi warga Palestina yang selamat dari serangan. Mereka bahkan harus mencari asupan makanan ke sekolah-sekolah UNRWA.

Selain itu, Jalur Gaza juga mengalami krisis bahan bakar dalam beberapa hari ke depan.

Sebabnya, beberapa fasilitas utama publik sudah tidak berfungsi.

Ia kini merasa khawatir karena pasokan bantuan ikut diblokade. Sehingga yang ia takutkan saat ini warga di Jalur Gaza bisa tewas bukan karena serangan dari Israel tetapi karena kekurangan asupan makanan.

“Blokade ketat semacam itu berarti sama saja dengan hukuman kolektif."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI