92 Orang Staf PBB Tewas di Jalur Gaza, Situasi Makin Mencekam

Riki Chandra Suara.Com
Jum'at, 10 November 2023 | 00:58 WIB
92 Orang Staf PBB Tewas di Jalur Gaza, Situasi Makin Mencekam
Sejumlah warga mengangkut para korban dari sebuah gedung yang hancur akibat serangan Israel di Kota Rafah di Jalur Gaza bagian selatan, Selasa (17/10/2023). [Dok.Antara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebanyak 92 anggota staf Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dilaporkan telah tewas di Jalur Gaza selama berlangsungnya konflik Israel-Palestina hingga saat ini.

Informasi tersebut disampaikan oleh Komisaris Jenderal Badan Pengungsi Palestina PBB (UNRWA), Philippe Lazzarini pada Kamis (9/11/2023).

Saat wawancara dengan media lokal Swiss, Lazzarini mengatakan sekitar 13.000 anggota PBB dipekerjakan di Jalur Gaza. Ia menyebutkan bahwa UNRWA belum pernah mengalami “kematian sebanyak itu dalam waktu yang singkat."

Saat ini, lebih dari 700.000 orang mengungsi ke sekolah-sekolah yang didirikan UNRWA agar dapat berlindung di bawah bendera biru PBB.

Menurut Lazzarini, 50 lebih fasilitas mereka telah diserang hingga menelan puluhan korban jiwa dan melukai ratusan lainnya.

Menyelamatkan diri ke wilayah selatan Jalur Gaza juga tidak dijamin aman, kata pejabat senior PBB itu. Lebih lanjut, dia mengatakan sepertiga staf PBB di sana tewas akibat dibombardir.

Semakin lama korban jiwa terus berjatuhan --seperti yang diumumkan Israel, semakin jauh kita dari prospek perdamaian di masa depan, katanya.

Saat wawancara, Lazzarini mengaku sangat terkejut dengan apa yang dia temukan di Gaza. “Situasinya menyayat hati," ucapnya.

Lazzarini mengatakan, masyarakat serba kekurangan, mereka menyelamatkan diri ke sekolah-sekolah UNRWA dan meminta roti dan air.

Terjadi krisis bahan bakar, katanya. Jika tidak ada bahan bakar yang tiba di Gaza dalam beberapa hari ke depan, “fasilitas-fasilitas utama tidak akan berfungsi lagi,” katanya, menambahkan.

Blokade pasokan bantuan sama saja dengan hampir tidak ada perdagangan dan ketertiban umum terancam, menurut pejabat PBB itu.

Jika dalam waktu dekat tidak ada perubahan, maka banyak orang yang akan kehilangan nyawanya karena minim bantuan kemanusiaan dan bukan karena pengeboman, ujarnya.

“Blokade ketat semacam itu berarti sama saja dengan hukuman kolektif,” kata Lazzarini. (Antara/Anadolu)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI