Suara.com - Bakal capres Koalisi Perubahan, Anies Baswedan mengkritik arah politik luar negeri Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Menurutnya, selama ini politik luar negeri Indonesia masih bersifat transaksional.
"Artinya Indonesia bergerak ketika politik luar negeri memberikan keuntungan investasi, keuntungan perdagangan, dan bukan sebagai tanggung jawab sebagai warga dunia," kata Anies dalam acara Central For Strategic and International Studies atau CSIS di kawasan Jakarta Pusat, Rabu (8/11/2023).
Anies menilai jika politik luar negeri kita masih bersifat transaksional, maka hanya akan memperoleh kepentingan yang kecil. Ia lalu mengambil contoh politik luar negeri Indonesia di kasus perang Ukraina dan Rusia.
"Bahwa kita mengejar kepentingan sempit di dalam berhubungan internasional, bahwa ketika kita melihat invansi Rusia ke Ukraina, dan kita hadir ke sana," jelas dia.
Baca Juga: Dapat di Era Anies Baswedan, Kini B2W Cabut Penghargaan Jakarta Kota Ramah Sepeda
Dalam kasus itu, Anies mengatakan Indonesia justru hanya mempersoalkan hal kecil seperti potensi terhambatnya rantai makanan dunia.
"Maka kita bicaranya pun mengamankan mata rantai suplai pangan kita, lah ini kan soal lebih besar daripada soal pasokan pangan itu," imbuhnya.
Padahal kata Anies, Indonesia seharusnya memberikan sebuah gagasan terkait konflik tersebut. Ia berpandangan, politik luar negeri yang berdasarkan transaksional harus diganti.
"Kita harus kembali hadir di sana, harus membawa pesan. Kami warga dunia, dan penduduk nomor 4 terbesar di dunia, demokrasi salah satu terbesar di dunia, punya agenda 1,2,3,4 untuk dunia yang harus jadi perhatian. Jadi kami melihat ini sebagai masalah ini, kalau kita transaksional seperti ini," ungkapnya.
Baca Juga: Rekap Korea Masters 2023 Day 2: 4 Wakil Indonesia Lolos Babak Kedua