Masjid Al Aqsa dan 3 Agama, Begini Sejarah Lokasi Paling Sensitif di Konflik Israel-Palestina

Rifan Aditya Suara.Com
Kamis, 02 November 2023 | 08:00 WIB
Masjid Al Aqsa dan 3 Agama, Begini Sejarah Lokasi Paling Sensitif di Konflik Israel-Palestina
Masjid Al Aqsa. (Shutterstock) - Masjid Al Aqsa dan 3 Agama, Begini Sejarah Lokasi Paling Sensitif di Konflik Israel-Palestina
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Masjid Al Aqsa adalah lokasi paling sensitif saat konflik Israel-Palestina semakin memanas. Aparat Israel kerap melakukan tindakan agresif untuk mengintervensi umat yang ingin beribadah di sana.

Bagaimana awal berdirinya Masjid Al Aqsa hingga menjadi tempat paling sensitif dalam konflik Israel-Palestina?

Keberadaan Masjid Al Aqsa itu sendiri sangat penting bagi tiga agama yaitu Islam, Yahudi dan Kristen. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan Masjid Al Aqsa begitu penting ketiganya.

Keyakinan 3 Agama

Baca Juga: Houthi Yaman Ikut Serang Israel, Kemana Arab Saudi? Sikap Raja Salman Jadi Sorotan

Menurut Islam, Masjid Al Aqsa menjadi salah satu dari tempat suci setelah Masjidilharam di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah.

Sebab Masjid Al Aqsa merupakan kiblat pertama bagi umat muslim, sebelum kemudian dialihkan ke Baitullah di Masjidil Haram.

Umat Islam percaya Masjid tersebut juga merupakan masjid kedua yang dibangun di muka bumi. Sekaligus menjadi saksi perjalanan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW.

Sementara bagi agama Kristen, lokasi masjid ini juga turut menjadi saksi bisu pada saat Ibrahim menyembelih putranya.

Umat Yahudi pun menganggap lokasi Masjid Al-Aqsa sebagai tempat yang suci. Bagi mereka adalah Baitulmaqdis atau rumah yang suci.

Baca Juga: Profil Monique Rijkers, Aktivis Pro Israel Dituding Agen Zionis, Pernah ke Ponpes Al Zaytun

Lokasi Masjid Al Aqsa

Masyarakat Palestina berjalan di lapangan Masjid Al Aqsa, yang dikenal oleh kalangan Muslim sebagai Kubah Shakhrah dan oleh Yahudi disebut Bukit Bait Suci, di Kota Tua Yerusalem, Jumat (21/5/2021). [Dok.Antara]
Masyarakat Palestina berjalan di lapangan Masjid Al Aqsa, yang dikenal oleh kalangan Muslim sebagai Kubah Shakhrah dan oleh Yahudi disebut Bukit Bait Suci, di Kota Tua Yerusalem, Jumat (21/5/2021). [Dok.Antara]

Masjid Al Aqsa kerap diperebutkan wilayahnya dalam konflik Israel-Palestina karena lokasinya berada di perbatasan kedua negara tersebut.

Sebenarnya wilayah Masjid Al Aqsa cukup luas, yaitu mencapai 14 hektar. Akan tetapi terdapat beberapa bangunan yang juga masing-masing memiliki arti penting bagi 3 agama.

Umat Islam menganggap Masjid Al Aqsa berada di atas bukit al-Haram al-Sharif. Sementara, orang Yahudi mengklaim lokasi bukit ini sebagai Har ha-Bayit atau Temple Mount.

Lokasi Masjid Al Aqsa tepat berhadapan dengan Tembok Barat atau Tembok Ratapan yang merupakan tempat suci umat Yahudi.

Sementara masjid berkubah emas yang sering disangka Masjid Al Aqsa sebenarnya bernama Dome of The Rock. Jami' Al Aqsa yang sebenarnya memiliki kubah perak dan lokasinya berada di selatan Dome of The Rock.

Nah, Dome of The Rock inilah yang kerap dipersoalkan. Pasalnya, bangunan ini sempat menjadi gereja Templum Domini selama Kerajaan Kristen Yerusalem.

Selain itu di dalam Dome of The Rock juga terdapat batu yang dalam kepercayaan umat Yahudi disebut Even ha-Shtiyya atau Batu Fondasi. Ini adalah batu 'arah kiblat' seluruh umat Yahudi di dunia.

Namun bagi Islam, batu ini pulalah yang dipercaya menjadi pijakan Nabi Muhammad ketika menuju ke langit dalam peristiwa Isra Miraj.

Sejarah Berdirinya Masjid Al Aqsa

Dalam kepercayaan Islam, Masjid Al Aqsa telah ada sejak zaman Rasulullah. Masjid ini diyakini merupakan masjid kedua yang dibangun di muka bumi.

Sebagian besar ulama yakin bahwa masjid Al Aqsa pertama kali dibangun oleh Nabi Adam AS berdasarkan perintah Allah SWT.

Setelah dibangun Nabi Adam masjid ini pernah lenyap karena banjir besar pada zaman Nabi Nuh. Hal tersebut menunjukkan masjid Al-Aqsa yang masih berdiri sampai saat ini bukan merupakan bangunan asli.

Setelah hancur karena bencana, masjid ini kemudian dilanjutkan oleh nabi-nabi berikutnya. Salah satunya adalah Nabi Sulaiman yang memperbaiki dan memperluas bangunan masjid Al Aqsa.

Nabi Sulaiman kemudian meminta tiga hal kepada Allah SWT selepas memperbaiki masjid Al Aqsa. Pertama memohon agar keputusan hakim sejalan dengan keputusan Allah SWT.

Permohonan kedua adalah agar kerajaan tidak selayaknya dimiliki seseorang sesudahnya. Permohonan ketiga adalah agar masjid ini tidak dikunjungi oleh seseorang yang tidak menginginkan sholat di dalamnya, melainkan orang-orang yang berdosa.

Seperti sudah disebutkan sebelumnya, masjid ini telah berulang kali diperbaiki di bagian pondasi sehingga masih bisa berdiri sampai saat ini. Namun tentunya sejarah ini berbeda dengan versi kepercayaan umat Kristen dan Yahudi.

Jika menurut Alkitab Ibrani, Nabi Daud (Raja Daud) membeli sebidang tanah di Yerusalem untuk dibangun tempat ibadah. Namun, keinginan itu baru terwujud pada masa putranya, Sulaiman (Salomo).

Nah, Sulaiman kemudian membangun tempat ibadah yang dikenal dengan Bait Suci. Lokasi Bait Suci hingga sekarang pun tidak diketahui tepatnya namun konon berada di kompleks Masjid Al Aqsa.

Demikian penjelasan sejarah Masjid Al Aqsa, lokasi paling sensitif dalam konflik Israel-Palestina.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI