Suara.com - Jenderal TNI (Purn) AM Hendropriyono memutuskan mendukung Ganjar Pranowo-Mahfud MD di Pilpres 2024. Setelah menyatakan dukungannya, profil Hendropriyono pun kembali menjadi perhatian.
Padahal sebelumnya, AM Hendropriyono memperlihatkan sikap berada di barisan Prabowo.Namun kekinian ia memberi pernyataan yang condong ke arah kubu Ganjar-Mahfud.
Dalam acara peringatan hari Sumpah Pemuda di Taman Arum Udumbara, Jakarta Timur, Sabtu, 28 Oktober 2023, ia mengungkap tidak merasa khawatir terhadap persaingan ketiga capres, karena semuanya Pancasilais.
Hendropriyono mengungkap semua capres yang merupakan Pancasilais tidak akan menghancurkan dasar filsafat negara. Ia mengungkap Prabowo merupakan sosok yang punya latar belakang sejarah di medan tempur, sehingga tidak mungkin merenggangkan hubungan satu sama lain.
Baca Juga: Santer Isu Kepala BIN Bakal Dicopot, Pertanda 'Benturan' Serius antara Jokowi dan Megawati?
Ia mengingatkan kepada para pendukung capres agar menghindari bentrok, karena hal itu bisa membuat rakyat jelata menderita. Lantas siapakah Hendropriyono dan seperti apa keluarga, kekayaan, serta kariernya? Simak ulasan singkatnya di sini.
Keluarga Hendropriyono
Keluarga Hendropriyono jarang tersorot media. Hendropriyono memiliki menantu yang juga aktif di dunia militer, dia adalah Kasad Jenderal TNI Andika Perkasa. Putrinya, Hetty dikenal sebagai putri Jenderal Purn AM Hendropriyono yang ramah dan dekat dengan keluarga.
A.M Hendropriyono memiliki istri dan tiga orang anak, mereka adalah Diah Erwiany Hendropriyono (akrab disapa Hetty), Rony Hendropriyono, dan Diaz Faisal Malik Hendropriyono.
Kekayaan dan Bisnis Hendropriyono
Baca Juga: Puan Maharani Temui Mertua Andika Perkasa, Katanya Bawa Sesuatu yang Seru
AM Hendropriyono merupakan salah satu sosok yang terlibat dalam pengembangan dan produksi mobil lokal merek Esemka. Melalui perusahaan yang didirikannya PT Adiperkasa Citra Lestari, dan menjalin kerjasama dengan PT Solo Manufaktur Kreasi 2016. Hendropriyono sendiri merupakan pemilik saham PT. Solo Manufaktur Kreasi tersebut.
Selain itu, keterlibatan Hendropriyono dalam bisnis juga tampak dari kolaborasi bisnis yang ia bangun dengan Proton Holding Berhad (Bhd), perusahaan asal Malaysia. Ia juga merambah bisnis otomotif di Jepang.
Grup usaha yang dibangun Hendropriyono dimulai dari membangun kantor hukum bernama Hendropriyono dan Law Office di tahun 2001 yang diresmikan oleh Presiden Megawati Soekarno Putri.
Setelah berjalan enam tahun, nama perusahaan berubah menjadi Hendropriyono and Associates. Setahun kemudian, di tahun 2006, berusaha nama menjadi Hendropriyono Corporation Indonesia.
Perusahaan tersebut memimpin beberapa anak usaha, seperti PT. Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk (DGIK) yang memenangkan tender pembangunan proyek wisma atlet Hambalang Bogor.
Ia menjabat sebagai Komisaris Utama diperusahaan tersebut. Selain itu, Hendropriyono memimpin anak usaha bernama Mega Maroci Lines, sebuah perusahaan yang bergerak dibidang jasa pelayanan minyak dan gas bumi.
Ia menjabat sebagai Presiden Direktur di perusahaan Mega Maroci Lines ini, sedangkan Ilham Bintang menjadi komisarisnya.
Karier Hendropriyono
Membicarakan karir Hendropriyono akan mengingatkan kita pada isu Hak Asasi Manusia. Karir Hendropriyono cemerlang dimulai akhir tahun 1980-an.
Sosok bernama lengkap Abdullah Mahmud Hendropriyono kala itu masih berpangkat kolonel dan diangkat menjadi Komandan Korem 043/Garuda Hitam Lampung yang merupakan area tujuan transmigrasi.
Salah satu peristiwa yang membuat nama Hendropriyono akan mengingatkan kita pada Hak Asasi Manusia adalah karena peristiwa yang disebut Talangsari, salah satu daerah di Lampung.
Terjadi pertumpahan darah pada 7 Februari 1989 di daerah tersebut yang menewarkan orang-orang Islam dari kelompok Warsidi dan juga perwira TNI.
Pada masa itu, Hendro tidak langsung dicopot dari posisinya sebagai Danrem. Dia masih tetap bertugas di Lampung sampai 1991.
Setelah itu, ia diangkat menjadi Direktur Badan Intelijen Strategis (BAIS) dari 1991 sampai 1993. Kemudian diangkat menjadi Panglima Kodam Jakarta Raya (Jaya).
Kemudian, sejak 1996, Hendro mendapatkan jabatan non-militer. Di akhir kabinet Soeharto, Hendro menjadi Menteri Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan. Setelah Soehatro turun tahta, Hendropriyono merangkap jabatan sebagai Menteri Tenaga Kerja.
Ia juga menjabat sebagai Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) dari 2001 sampai 2004. Pada masa Hendro menjabat sebagai Kepala BIN inilah, aktivis HAM Munir terbunuh.
Ia diduga bertanggung jawab secara komando dalam pembunuhan Munir. Sampai sekarang, penyelesaian kasus Munir tidak jelas. Demikian itu yang bisa diuraikan mengenai profil Hendropriyono.
Kontributor : Mutaya Saroh