Suara.com - Demi menekan kemacetan dan polusi udara, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta terus mendorong masyarakat agar lebih banyak menggunakan transportasi umum daripada kendaraan pribadi. Salah satunya dengan mengebut pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) fase 2. Bahkan, pembangunan MRT fase 2 masuk dalam Proyek Strategi Nasional (PSN), berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 56 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategi Nasional.
Selain itu, Keputusan Gubernur Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Nomor 1713 Tahun 2019 tentang Perubahan Keputusan Atas Gubernur Nomor 1728 Tahun 2018 tentang Penetapan Lokasi untuk Pembangunan Jalur Mass Rapid Transit Koridor Bundaran HI-Kota, menjadi landasan penetapan jalur dan stasiun di fase 2A.
MRT fase 2 ini melanjutkan koridor utara-selatan fase 1 yang telah beroperasi sejak 2019 lalu, dari Lebak Bulus sampai dengan Bundaran HI. Dengan pembangunan fase 2 ini, total panjang jalur utara-selatan menjadi sekitar 27,8 kilometer, dengan waktu perjalanan dari Stasiun Lebak Bulus ke Stasiun Kota sekitar 45 menit. Jarak antarstasiun sekitar 0,6—1 kilometer dengan sistem persinyalan Kendali Kereta Berbasis Komunikasi (Communication-Based Train Control/CBTC) dan sistem operasi otomatis tingkat 2.
Fase 2 terdiri dari dua tahap, yaitu fase 2A dan fase 2B. Fase 2A MRT Jakarta akan menghubungkan Stasiun Bundaran HI dengan Kota sepanjang sekitar 5,8 kilometer dan terdiri dari tujuh stasiun bawah tanah, yakni Thamrin, Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Glodok, dan Kota.
Baca Juga: Jakarta Masih Macet Meski ASN Sudah WFH, Pj Gubernur Heru Budi: Jangan Salahin Pemda!
Fase 2A tersebut terbagi menjadi dua segmen, yaitu Bundaran HI-Harmoni yang ditargetkan selesai pada 2027 dan Harmoni-Kota yang ditargetkan rampung pada 2029. Sedangkan Fase 2B terdiri dari dua stasiun bawah tanah (Mangga Dua dan Ancol) dan satu depo di Ancol Barat, dengan total panjang jalur sekitar enam kilometer. Fase 2B sedang dalam tahap studi kelayakan (feasibility study).
Didesain Tahan Gempa
Dalam kunjungannya pada pertengahan Oktober 2023 lalu, Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengungkapkan, konstruksi MRT Jakarta Fase 2 dirancang dapat menghadapi gempa berkekuatan maksimal 8 skala richter.
Infrastruktur MRT seperti jalur bawah tanah dan layang juga diperkuat selama pembangunan. Penguatan dilakukan mengikuti standar kegempaan terbaru, setelah peristiwa gempa dan tsunami dahsyat di Aceh pada 2004 lalu.
"Aman semua, untuk gempa kuat dan bisa mengatasi sampai 8 skala richter. Konstruksinya aman dari segala penjuru. Dulu pernah dibahas juga, ini tidak mengganggu konstruksi Monas," tutur Heru.
Baca Juga: Polusi Udara, PNS Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Dilarang Bawa Kendaraan BBM Setiap Rabu
Ia menjelaskan, progres pembangunan MRT Jakarta fase 2A CP201 Bundaran HI-Harmoni sudah mencapai 62%. Sedangkan fase 2A CP202 Harmoni-Kota baru mencapai 26%. Pembangunan MRT fase 2A ini diharapkan dapat berjalan dengan baik dan tepat waktu, sehingga bisa segera dimanfaatkan oleh masyarakat.
Lebih lanjut, Heru mengungkapkan, pembangunan MRT Jakarta fase 2A CP201 ditargetkan akan beroperasi pada 2027 secara bertahap.
"Pengoperasian fase 2A ini bertahap sambil jalan. Nanti bisa dioperasikan setelah sampai Harmoni. Sambil bekerja Harmoni-Kota ini dijalankan, target sampai Harmoni 2027," ucapnya.
Selain itu, pembangunan MRT fase 2A ini nanti juga akan terkoneksi dengan MRT fase 3 east-west (Cikarang-Jakarta-Balaraja). Heru menambahkan, pada Agustus 2024, akan dilakukan groundbreaking MRT timur-barat.
"Lokasinya tidak jauh dari sini. Jadi nanti akan menjadi interconnecting dari arah Senen ke Tanah Abang terus ke Tomang," terang Heru.
Sementara itu, Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda) Tuhiyat menjelaskan, saat ini, pembangunan Stasiun Monas telah memasuki tahap pekerjaan, seperti pengecoran lantai peron stasiun, pengecoran tangga akses, pemasangan sistem elektrikal serta pemadaman kebakaran, pipa suplai air, dan lain-lain.
"Atas nama insan MRT Jakarta, kami menyampaikan terima kasih atas dukungan penuh dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta selama ini. Semoga kami bisa terus menjaga kinerja proyek ini sampai dengan selesai, sampai saat pengoperasian nanti," ucapnya.
Dilengkapi Sejumlah Layanan Publik
Fase 2A MRT Jakarta dibangun dengan biaya sekitar Rp 25,3 triliun, melalui dana pinjaman kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan Jepang. Berbeda dengan fase 1, fase 2A dibangun sekaligus dengan mengembangkan kawasan stasiun dan kawasan berorientasi transit (Transit Oriented Development/TOD).
Karena itu, MRT Jakarta akan menyiapkan sejumlah program pelayanan publik. Di antaranya, program penarik (pull program) melalui kerja sama dengan operator pengumpan (feeder), event di sekitar stasiun, pariwisata transportasi umum. Selain itu, terdapat juga program kemitraan pembayaran digital, gaya hidup di sekitar stasiun (point of interest), program loyalty, serta game online melalui aplikasi MRT-J.
Program lainnya berkaitan dengan pengalaman pelanggan (customer experience), melalui layanan terbaik berstandar internasional, digitalisasi layanan, kolaborasi komunitas, optimalisasi saluran digital MRT Jakarta, musik di stasiun, dan berbagai fasilitas pendukung di dalam stasiun.
Kepala Divisi Corporate Secretary PT MRT Jakarta (Perseroda) Ahmad Pratomo menyatakan, MRT Jakarta sebagai sistem transportasi kereta perkotaan pertama di Indonesia telah menjadi katalis perubahan pola pergerakan masyarakat sehari-hari.
MRT Jakarta juga berperan dalam regenerasi kota (city regenerator) melalui pengembangan kawasan berorientasi transit, dengan mengutamakan aspek integrasi antarmoda transportasi umum.
“Seluruh program tersebut merupakan inisiatif MRT Jakarta agar seluruh pengguna jasa MRT Jakarta tidak hanya mendapatkan manfaat sebagai moda transportasi, tapi juga sebagai pengalaman perjalanan,” ujar Tomo dalam keterangan tertulisnya.
Ia menambahkan, revitalisasi kawasan di sekitar stasiun MRT Jakarta yang mengedepankan aspek kenyamanan dan keamanan akses transit merupakan salah satu kunci dalam memberikan pelayanan publik.
Tomo meyakini, dengan akses transit yang mengutamakan pejalan kaki dan pesepeda, maka penggunaan angkutan umum akan semakin meningkat.
“Dengan menjalankan tugasnya sebagai operator tersebut, PT MRT Jakarta senantiasa mengedepankan layanan yang berstandar internasional, yaitu aman, nyaman, dan andal,” tandas Tomo.