Meski demikian, ia berharap situasi bisa membaik.
Tim medis hadir untuk membantu, memeriksa para pekerja dan memastikan mereka mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan. Pos kesehatan keliling, yang dibentuk untuk memberi perawatan segera, menyoroti betapa parah kondisi para pekerja dan perlunya perhatian segera.
Khader Achour, penduduk Gaza lainnya yang bekerja di Israel, mengungkapkan kerinduannya untuk kembali ke keluarganya di Gaza. Namun, dia khawatir, ketika pulang, dia akan kesulitan mengenali rumahnya karena kerusakan parah yang disebabkan oleh serangan udara Israel. “Rumah kami telah dibongkar. Saya yakin kalau saya pulang, saya tidak akan bisa menemukan lokasi persis di mana rumah itu dulu berdiri, karena area tersebut telah hancur dan rata dengan tanah.”
Meskipun pilu, Achour menyerahkan penderitaannya kepada Tuhan. Ia percaya bahwa Tuhan akan membimbingnya melewati masa-masa sulit ini.
Militan Hamas menyerbu Israel pada Sabtu pagi, membunuh ratusan warga di rumah-rumah dan jalan-jalan dekat perbatasan Gaza dan memicu baku tembak di kota-kota Israel untuk pertama kalinya dalam puluhan tahun. Hamas dan kelompok militan lain di Gaza menyandera sekitar 150 tentara dan warga sipil, menurut Israel.
Perang, yang telah merenggut sedikitnya 2.200 nyawa di kedua pihak, diperkirakan akan meningkat.
Serangan akhir pekan yang disebut Hamas sebagai pembalasan atas memburuknya kondisi warga Palestina di bawah pendudukan Israel telah mengobarkan tekad Israel untuk menghancurkan kekuasaan kelompok tersebut di Gaza. Baku tembak baru di perbatasan utara Israel dengan militan di Lebanon dan Suriah pada Selasa menunjukkan risiko perluasan konflik regional.
Hamas dicap sebagai organisasi teroris oleh Barat dan Israel. Sebaliknya, Hamas menolak mengakui negara Israel dan menentang perjanjian perdamaian sementara Oslo yang dirundingkan Israel dan Organisasi Pembebasan Palestina pada pertengahan tahun 1990an.
Hamas memenangkan pemilihan parlemen Palestina pada 2006, dan menguasai penuh Gaza pada 2007, setelah mengusir pasukan yang setia kepada saingan politiknya, Presiden Palestina Mahmoud Abbas yang diakui secara internasional. (Sumber: VOA)
Baca Juga: Sembilan Staf PBB Tewas Di Gaza Akibat Serangan Israel