Suara.com - Yoursay.id sebagai platform kreator konten dari PT Arkadia Digital Media Tbk., sukses menyerukan campaign terkait kesehatan mental. Campaign “Happy Mind Soul Me” ini diserukan untuk ikut menyemarakkan World Mental Health Day atau Hari Kesehatan Mental Dunia 2023, yang diperingati pada 10 Oktober setiap tahunnya.
Diusungnya campaign “Happy Mind Soul Me” tak lain adalah untuk menyebarluaskan poin-poin penting terhadap kesehatan mental. Harapannya, masyarakat bisa lebih aware terhadap isu ini.
Campaign “Happy Mind Soul Me” Yoursay digelar sejak awal September 2023. Adapun bentuk kegiatannya dijalankan melalui daring, meliputi pembuatan konten grafis maupun video, ngonten bareng di media sosial bersama ratusan volunteer, hingga talkshow seputar kesehatan mental.
Community Manager Yoursay, Rendy Adrikni Sadikin, mengatakan kekinian, mental health menjadi isu yang memantik sorotan, baik nasional maupun internasional, terutama di kalangan anak muda.
Baca Juga: Peduli Kesehatan Mental, Yoursay Sukses Serukan Campaign "Happy Mind Soul Me"
“Semoga dengan adanya program ini semakin banyak anak muda yang peduli dan aware dengan kesehatan mental, tidak hanya bagi diri sendiri namun juga orang lain. Dan ingatlah selalu ada tempat untuk bercerita,” ujar Rendy Adrikni Sadikin.
“Happy Mind Soul Me” dan Kepedulian Anak-anak Muda terhadap Kesehatan Mental
World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa kesehatan mental merupakan hak mendasar bagi setiap orang. Walaupun penting, tapi ternyata tak sedikit orang yang “menutup mata” dan enggan peduli pada kesehatan mental.
Oleh sebab itu, WHO menyebut World Mental Health Day 2023 bisa menjadi momen berbagai kalangan untuk andil dalam upaya peningkatan pengetahuan masyarakat terhadap isu kesehatan mental. Berbekal kepedulian, Yoursay pun mengajak anak muda untuk bersama-sama mengambil bagian.
Dari campaign “Happy Mind Soul Me”, terungkap bahwa tidak sedikit anak muda yang cukup aware terhadap kesehatan mental. Terbukti dari keaktifan 217 volunteer yang turut serta mewarnai media sosial mereka dengan konten-konten berupa infografis maupun video.
Pada pekan pertama, 10-16 September 2023, volunteer campaign “Happy Mind Soul Me” diberi penugasan untuk membuat konten pemahaman seputar apa itu kesehatan mental. Penugasan ini dikembangkan oleh masing-masing volunteer, bisa berfokus pada definisi, arti penting, sampai jenis-jenis gangguan mental. Di pekan pertama, total 346 konten terpublikasi di Instagram, 38 berbentuk video, sementara 308 konten lain berupa poster/
Selanjutnya, pada pekan kedua tema beralih ke pengalaman volunteer yang berhubungan dengan kesehatan mental. Di tema ini, mereka diberikan kebebasan untuk bercerita. Dalam kurun waktu 17-23 September, 212 konten terpublikasi, dengan rincian 31 konten video dan 308 konten poster.
Pada pekan terakhir yang berlangsung 24-30 September 2023, volunteer diajak untuk lebih peka terhadap orang lain. Yoursay memberi penugasan tentang apa yang akan dilakukan dan seharusnya dilakukan oleh volunteer, apabila ada orang sekitar mereka yang mengalami gangguan kesehatan mental.
Tak kalah dari pekan-pekan sebelumnya, konten yang terkumpul di pekan ketiga juga cukup banyak. Sebanyak 131 konten berhasil dipublikasi, dengan rincian 12 video reels dan 119 poster atau infografis.
Konten-konten campaign “Happy Mind Soul Me” seputar kesehatan mental sangatlah variatif dan bermanfaat. Para volunteer bisa dikatakan berhasil ikut andil dalam upaya meningkatkan awareness terhadap kesehatan mental.
Sebagai apresiasi, Yoursay memilih beberapa konten terbaik dari semua yang baik. Adapun konten terbaiknya antara lain:
Poster
Reels
Mengenal Insecurity dan Inner Child Lewat Yoursay Talk
Kesehatan mental menjadi salah satu topik yang belakangan banyak digaungkan di media sosial. Hal ini berkaitan dengan semakin aware-nya anak muda terhadap isu kesehatan mental.
Di media sosial, anak muda tak jarang membagikan konten seputar masalah kesehatan mental yang mereka alami. Termasuk tentang inner child dan insecurity. Sebenarnya apakah sih itu?
Topik inner child dibahas dalam Yoursay Talk edisi Rabu, 20 September 2023 melalui Instagram Live. Bersama Rafika Syaiful, M.PSI., seorang psikolog klinis, peserta diajak untuk mengenal dan menerima inner child pada acara Yoursay Talk dengan tema ‘Love and Heal Your Inner Child’
Rafika memaparkan, inner child merupakan istilah yang sedang hype sekarang ini. Teori tentang inner child ini memang telah ada sejak dulu, tetapi istilahnya saja yang berbeda.
“Inner child adalah kumpulan perjalanan atau masa lalu seseorang. Kayak bagaimana orang itu terbentuk, itu baru namanya konsep inner child. Kumpulan pengalaman individu seseorang di masa kecilnya,” terang Rafika.
Inner child pasti dimiliki oleh semua orang. Namun yang menjadi concern adalah adanya inner child yang terluka. Inner child terluka biasanya disebabkan oleh berbagai hal di masa lalu, terutama ketika masih kecil, Seperti misalnya kekerasan saat kecil, mengalami abusive, pengabaian, atau orang tua yang sering berperilaku kasar.
Meski begitu, Rafika meminta agar inner child dijadikan sebagai hal yang positif. Jangan malah menghancurkan hidup sendiri dengan dalih inner child terluka.
“Jangan jadikan ini suatu hal negatif, tapi kita bisa memilih kita mau jadikan pengalaman kita sebagai hal yang positif kah, atau jadi hambatan. Jangan sungkan untuk cari bantuan profesional, ke psikolog bukan berarti kalian terdiagnosis gangguan mental atau mental bermasalah, itu belum pasti,” jelas Rafika.
Sehari setelahnya, giliran insecurity yang dibahas di Yoursay Talk. Atikah Dian R, M. Psi, psikolog dari Associate Clinical Psychologist Welas Asih Healing and Development Center, membahas soal masalah yang kerap dijumpai anak-anak muda ini.
Insecurity sendiri seringkali berkaitan dengan tujuan hidup dan kemampuan diri sendiri. Kondisi ini dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman, tetapi hal ini bukan berarti sebuah gangguan atau penyakit.
“Sebenarnya lebih karena, pertama, setiap orang itu pernah merasakan insecure. Karena dari teori perkembangan manusia, kita memang punya suatu masalah ketika kita mencari jati diri. Ini seringkali intens terjadi ketika kita remaja dan menuju dewasa. Ini lebih kepada kita ingin mencari tahu diri kita, seringkali inputnya dari lingkungan sosial, seperti membandingkan diri sendiri dengan orang lain,” ujar Atikah Dian.
Sebagai suatu masalah, tentu saja insecurity akan berpengaruh terhadap berbagai hal lain, seperti misalnya kesehatan fisik. Ketika hal ini terjadi terus-menerus,dapat memberikan efek kepada tubuh, seperti risiko tekanan darah tinggi, gangguan kardiovaskuler dan mengganggu kesehatan jantung.
Meski begitu, semua itu tergantung pada seberapa parah insecure yang dirasakan. Oleh sebab itu, perlu adanya langkah meminimalisir insecure.
“Pertama, kita terima dulu apa adanya, ketika kita merasakan perasaan insecure itu. Momen ketika kita mendengarkan diri kita sendiri, apa yang kita rasakan dan kita pikirkan. Lalu kita juga perlu mengenali penyebabnya, misal karena membandingkan diri sendiri dengan orang lain,” ungkap Atikah Dian.
Dian menyarankan untuk tidak terlalu membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain. Sebab, perbandingan sebenarnya bukan antara diri sendiri dengan orang lain. Namun antara diri sendiri di masa sekarang dengan diri sendiri di masa lalu.
“Cara yang biasa aku lakukan adalah tetap menikmati proses dan menyadari bahwa 2% proses yang aku lakukan lebih patut aku syukuri daripada aku tidak berproses sama sekali,” ungkapnya.