Suara.com - Selama berminggu-minggu, para pecinta musik begitu antusias menantikan Festival Supernova yang digelar di gurun pasir wilayah Israel selatan. Penyelenggaraan festival itu bertepatan dengan acara perayaan Yahudi, Sukkot.
"Waktunya telah tiba ketika seluruh keluarga akan berkumpul kembali," tulis panitia penyelenggara di media sosial sebelum acara dimulai. "Dan betapa menyenangkan hal itu!"
Dilansir dari BBC, hanya beberapa jam kemudian, halaman media sosial mereka kini dibanjiri oleh orang-orang yang berusaha menemukan anggota keluarga mereka, setelah kelompok milisi Palestina menyerbu festival tersebut.
Mereka melepaskan tembakan sebagai bagian dari serangan mendadak besar-besaran terhadap Israel. Menurut tim penyelamat Zaka, lebih dari 260 jenazah dilaporkan ditemukan dari lokasi festival.
Baca Juga: Palestina Desak Komunitas Internasional Hentikan Penjajahan Israel
Salah seorang pengunjung pesta musik itu, Ortel, mengaku merasa ada sesuatu yang tidak beres ketika terdengar sirene saat fajar, yang memperingatkan bakal ada serangan roket.
Para saksi mata mengatakan, tak lama setelah serangan roket tersebut, sontak terdengar suara tembakan.
"Mereka mematikan listrik dan tiba-tiba entah dari mana mereka [milisi] masuk ke dalam sambil melepaskan tembakan, melepaskan tembakan ke segala arah," katanya kepada Channel 12.
"Lima puluh teroris tiba dengan mobil van, mengenakan seragam militer," ungkapnya.
Orang-orang berusaha melarikan diri dari lokasi tersebut, berlari melintasi gurun pasir dan masuk ke mobil mereka untuk kabur. Namun sejumlah pengunjung pesta mengatakan ada beberapa mobil jeep yang penuh pria bersenjata, yang menembaki mobil-mobil itu.
Baca Juga: Tabuh Genderang Perang Israel, Hamas Dipasok Senjata Militer dari Mana?
"Mereka melepaskan tembakan, dan kami mencapai titik di mana semua orang menghentikan kendaraan mereka dan mulai berlari," tuturnya.
"Saya menuju sebuah pohon, di antara semak-semak seperti ini, dan mereka mulai menembaki orang-orang. Saya melihat banyak orang yang terluka terlempar ke sana kemari dan saya sembunyi di balik pohon, serta mencoba memahami apa yang terjadi."
Lokasi festival - dengan tiga panggung, areal perkemahan, bar serta area menjual makanan - berada di Gurun Negev, dekat Kibbutz Re'im.
Letaknya tak jauh dari Jalur Gaza, tempat para milisi Hamas melintasi perbatasan saat fajar untuk melancarkan serangan. Mereka kemudian menyusup ke kota-kota dan beberapa desa, menyandera puluhan orang.
Salah-seorang peserta festival musik, Adam Barel, mengatakan kepada Haaretz bahwa semua orang yang hadir telah mengetahui adanya kemungkinan tembakan roket di area tersebut. Tetapi tembakan membabi-buta itu sangat mengejutkan.
Seperti banyak orang lain, dia mencoba melarikan diri dengan mobilnya - tetapi orang-orang bersenjata menembaki mereka, jadi dia keluar dan lari. "Sebagian peserta tertembak," ungkapnya.
"Kami bersembunyi. Setiap orang berusaha mencari selamat ke berbagai penjuru," ucapnya.
Esther Borochov mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa dia sedang mengemudi ketika kendaraannya ditabrak.
Dia melihat seorang pria muda mengendarai mobil lain, yang menyuruhnya masuk.
Dia menurutinya - tetapi pria itu kemudian ditembak dari jarak dekat. Esther mengaku berpura-pura mati hingga akhirnya diselamatkan oleh tentara Israel.
"Saya tidak bisa menggerakkan kaki saya," ujarnya kepada Reuters saat dihubungi di rumah sakit.
"Pasukan tentara datang dan membawa kami ke semak-semak."
Banyak pengunjung festival - seperti Ortel - bersembunyi di semak-semak dan kebun buah terdekat selama berjam-jam, berharap pasukan militer datang dan menyelamatkan mereka.
"Saya ubah setelan panggilan telepon seluler ke mute, dan kemudian saya mulai merangkak melewati kebun jeruk," kata Ortel. "Percikan api berkobar di atas saya."
Gili Yoskovich menceritakan kepada BBC bagaimana dia bersembunyi di kebun jeruk Bali.
"Mereka mendatangi pohon dari pohon ke pohon dan melepaskan tembakan. Saya melihat orang-orang sekarat di mana-mana. Saya mengunci mulut. Saya tidak menangis, saya tidak melakukan apa pun."
Akhirnya, setelah tiga jam, dia mendengar suara-suara dari pasukan tentara Israel, dan memutuskan lari ke tempat yang lebih aman.
Saksi mata lainnya menuturkan kepada Channel 12 bahwa kejadian itu adalah "film horor berdurasi empat-lima jam... Kami berlari seperti orang gila, edan!"
"Itu adalah pembantaian," kata Yaniv, petugas medis darurat yang dilibatkan dalam penyelenggaraan pesta musik itu.
Dia mengatakan kepada lembaga penyiaran publik Kan News: "Saya belum pernah melihat kejadian seperti ini dalam hidup saya. Itu adalah penyergapan yang direncanakan.
"Ketika orang-orang keluar dari pintu darurat, pasukan teroris menunggu mereka di sana dan mulai menembakinya
"Ada 3.000 orang yang hadir di acara musik itu, jadi mereka mungkin mengetahuinya. Mereka memiliki informasi intelijen."
Teman-teman dan keluarga dari orang-orang yang hilang kini sangat berharap untuk menemukan mereka.
Di antara mereka yang hilang adalah pria kebangsaan Inggris, Jake Marlowe, 26 tahun, yang bekerja sebagai penjaga keamanan di acara musik tersebut, dan turis Jerman, Shani Louk, yang ibunya yakin dia diculik.
Perempuan lain, Noa Argamani, 25 tahun, diyakini disandera di festival tersebut, kata keluarga dan teman-temannya.
Teman Noa, Amit Parpara, mengatakan kepada BBC bahwa dia mengirim pesan kepadanya saat dia bersembunyi.
"Sekitar pukul 08.30 adalah pesan terakhir yang saya terima darinya," ujarnya.
Amit kemudian melihat video di media sosial yang menunjukkan dia disandera.
"[Ini menunjukkan] dia dinaikkan ke sepeda motor, diambil paksa dari pacarnya. Anda dapat melihat dengan jelas terornya sampai ke Jalur Gaza."
Orang tua dari Hersh Golberg-Polin, warga Amerika-Israel berusia 23 tahun, juga mencari putra mereka, yang ada di sana setelah merayakan ulang tahunnya.
Mereka mengatakan kepada Jerusalem Post bahwa mereka menerima dua pesan singkat darinya pada Sabtu pagi yang berbunyi: "Aku mencintaimu" dan "Aku minta maaf."
Setidaknya 600 warga Israel meninggal dunia sejak serangan itu dimulai, menurut angka terbaru dari media lokal.
Pertempuran antara militer Israel dan milisi Palestina terus berlanjut, dan Israel telah melancarkan gelombang serangan udara ke Gaza.
Serangan tersebut telah menewaskan sedikitnya 493 orang, kata para pejabat Palestina.