Suara.com - Kepala Sekolah SMPN 2 Cimanggu, Cilacap Wuri Handayani menjadi sorotan publik setelah mengulas beberapa prestasi yang diraih oleh pelaku bullying. Hal itu lantas membuat warganet geram karena menganggap dia membela pelaku alih-alih korban.
Diketahui, Wuri mengemukakan sejumlah prestasi yang diraih si pelaku bullying di depan awak media. Dia menyebut bahwa pelaku merupakan anak yang berbakat di sekolah.
"Dia anak yang punya bakat artiya dia itu di Pramuka ya oke, terus dia juga ikut ekstra di sekolah," ucap Wuri Handayani kepada media dikutip Suara.com, Senin (2/10/2029).
"Dan pelaku itu pernah mengikuti lomba pencak silat tingkat kabupaten dan meraih juara dua, jadi prestasi ada. Lalu lomba yang kemarin dia ikuti di awal tahun ajaran dia mengikuti lomba tilawah itu juga di tingkat kecamatan dia bisa mendapatkan juara prestasi," imbuhnya.
Baca Juga: Puji Prestasi Pelaku Bullying, Kepala SMPN 2 Cimanggu Banjir Kecaman
Video pernyataan Kepala Sekolah SMP N 2 Cimanggu tersebut lantas beredar dan diunggah ulang oleh akun Instagram @undercover.id dan mendapat banyak respon negatif dari warganet.
"Coba anak ibu dipukul babak belur sama dia, masih bisa nggak ibu ngomong begitu, kocak ini guru," tulis warganet.
"Anak yang punya bakat tapi menyiksa orang buat apa bu?" tulis akun lain.
Sementara, seorang mengaku psikolog bernama Diah Mahmudah pun ikut menanggapi video tersebut di kolom komentar. Menurutnya, Kepsek SMP N 2 Cimanggu seharusnya berpikir memberikan pernyataan sebagai pendidik yang lebih bijak.
Dia lantas mencontohkan bagaimana seharusnya pernyataan dari seorang pendidik. Selain itu, psikolog itu menyebut bahwa jelas pelaku sudah gagal akhlak, bahkan tumpul empati, hati nurani dan juga regulasi emosi.
Baca Juga: Viral Bocah Dibully Teman Rental PS di Kebon Jeruk, Polisi Periksa 7 Saksi
"Saya hanya berkomentar pada statement Ibu di video ini. Mengapa Ibu tidak terpikir memberikan statement sebagai pendidik yang lebih bijak, ya? Misal: "Pelaku ini siswa berprestasi. Hanya ternyata prestasi saja tidak cukup. Ada pendidikan empati, hati nurani, regulasi emosi, juga akhlak yang seharusnya diberikan atensi lebih. Kejadian ini menjadi bahan pelajaran untuk saya dan tim kurikulum di sekolah. Saya di sini juga menyampaikan sangat prihatin ke korban."
"Jelas siswa ini sudah gagal akhlak, Bu. Tumpul empati, hati nurani, juga regulasi emosi," tulis akun resmi Diah.
____________________
Kontributor: Ayuni Sarah