Jokowi Bisa Masuk PSI Karena Enggan Rebut PDIP dari Trah Soekarno

Jum'at, 29 September 2023 | 14:52 WIB
Jokowi Bisa Masuk PSI Karena Enggan Rebut PDIP dari Trah Soekarno
Presiden Joko Widodo (Jokowi) Makin Terlihat Tua di Upacara Peringatan HUT Ke-78 RI (Tangkapan Layar YouTube Biro Pers Kepresidenan)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Presiden Joko Widodo ikut menjadi sorotan publik usai Kaesang Pangarep jadi ketua umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Muncul spekulasi Jokowi sedang menempatkan 'batu pertama' sebagai pondasi politik dinasti sampai rela melakukan politik dua kaki di PDIP dan PSI.

Terdapat juga spekulasi yang menyebut bahwa masuknya Kaesang di PSI adalah upaya Jokowi untuk mendapatkan kendaraan politik baru pasca lengser dari jabatannya sebagai RI 1 tahun 2024 mendatang. Karena itulah pengamat politik Muhammad Qodari tidak menampik adanya kemungkinan Jokowi akan bergabung dengan PSI di masa depan.

“Mungkin saja, (karena) Pak Jokowi ini sepertinya perspektif politiknya beyond 2024 ya, bahkan sampai 2045,” kata Qodari dikutip dari kanal YouTube tvOneNews, Kamis (28/9/2023). “Apalagi realitanya Gibran dan Bobby masih di awal-awal karier.”

Qodari sendiri tampaknya tidak heran bila akhirnya Jokowi benar-benar merapat ke PSI. Malah menurutnya ini adalah bukti kesantunan Jokowi dalam berpolitik sebab tak berusaha untuk mengambilalih PDIP dari Megawati Soekarnoputri dan trah Soekarno meskipun pengaruhnya terhitung besar.

Baca Juga: Nongol di Layar Dalam Acara Rakernas IV PDIP, Ahok Jadi Sorotan Bikin Kader Teriak-teriak dan Tepuk Tangan

“Sebetulnya kalau Pak Jokowi nanti ke PSI, menurut saya adalah sebuah tanda kesantunan atau menahan diri yang luar biasa dari Pak Jokowi. Karena bukan tidak ada sebetulnya pihak-pihak yang ‘ngipasin’ Pak Jokowi untuk take over kepemimpinan PDIP dalam Rakernas 2020,” ungkap Qodari.

Menurutnya praktik semacam ini sudah banyak ditemui di partai-partai politik lain. Qodari lantas mencontohkan bagaimana Partai Golkar sempat berada di bawah kepemimpinan eks Wakil Presiden Jusuf Kalla.

“Itu kan bisa saja terjadi, misalnya di Golkar, Pak Jusuf Kalla terpilih menjadi Wakil Presiden kemudian mengambilalih Golkar dari Akbar Tandjung yang notabene telah berkorban luar biasa terhadap Golkar di masa-masa sulit,” kata Qodari.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI