Bertemu Ketum PDIP, Apa Isi Obrolan Prabowo dengan Megawati? Siap Duet dengan Ganjar Pranowo?

Jum'at, 29 September 2023 | 11:05 WIB
Bertemu Ketum PDIP, Apa Isi Obrolan Prabowo dengan Megawati? Siap Duet dengan Ganjar Pranowo?
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto bicara dengan Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri. (Foto dok Prabowo)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri duduk satu meja bersama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, isi obrolan keduanya membuat penasaran publik, apa isi percakapan mereka?

Momen Prabowo bercakap dengan Megawati ini terjadi dalam acara Hari Nasional Arab Saudi ke-93 menarik perhatian sejumlah pihak.

Isi obrolan Prabowo dan Megawati membuat publik penasaran sebab belakangan ini publik sedang dihebohkan dengan isu pertemuan Megawati dan Prabowo untuk membicarakan persoalan Menteri Pertahanan tersebut berduet dengan Ganjar Pranowo di Pilpres 2024.

Terkait dengan banyaknya pihak yang menyoroti momen dirinya duduk semeja dengan Megawati, Prabowo akhirnya angkat bicara terkait obrolan apa yang dirinya bincangkan dengan pentolan PDI Perjuangan tersebut.

Baca Juga: Banjir Orang-orang Hebat, Daftar Tamu Ulang Tahun yang Buat Luhut Kaget

"Kan Hari Nasional Arab Saudi," kata Prabowo sambil terkekeh saat ditanya perihal obrolannya dengan Megawati, dikutip dari tayangan kanal YouTube KOMPASTV pada Kamis (28/9/2023).

Berbeda dengan Prabowo yang hanya menanggapi hal tersebut dengan singkat, Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani buka-bukaan soal obrolan yang terjalin antara kedua tokoh politik tersebut.

"Ya mungkin di pembicaraan itu ya, 'Gimana, oke nggak, boleh nggak. Ya boleh aja'. Boleh apa? Ya tanya sama Bu Mega sama Pak Prabowo," kata Puan.

Puan Maharani juga membeberkan bahwa Megawati dan Prabowo memiliki hubungan yang baik, terlepas dari rumor-rumor yang beredar di luar sana.

"Orang akrab kok, nggak ada apa-apa," tutur Puan.  

Baca Juga: Teka-teki Cawapres Prabowo: Mengerucut Dua Nama, Kapan Diumumkan?

Suara.com - Profil Prabowo Subianto

Prabowo Subianto atau pemilik nama lengkap dan gelar Jenderal TNI (Purn) H. Prabowo Sbianto Djojohadikusumo ini lahir pada tanggal 17 Oktober 1951. Ayahnya bernama Soemitro Djojohadikusumo yang berasal dari Kebumen, Jawa Tengah.

Soemitro merupakan seorang pakar ekonomi dan juga merupakan politisi Partai Sosialis Indonesia. Pada April 1952, ayah Prabowo itu diketahui baru saja selesai menjabat sebagai Menteri Perindustrian di Kabinet Natsir.

Sementara itu, ibu Prabowo bernama Dora Marie Sigar, atau yang lebih akrab disapa dengan nama Dora Soemitro. Dora merupakan seorang wanita Kristen Protestan berdarah Minahasa. Ia berasal dari keluarga Maengkom di Langowan, Sulawesi Utara.

Keluarga Prabowo merupakan keturunan dari Raden Tumenggung Kertanegara yang merupakan panglima laskar Pangeran Diponegoro.

Nama Prabowo sendiri diambil dari nama pamannya yakni Kapten Soebinato Djojohadikusumo. Paman Prabowo itu merupakan perwira Tentara Keamanan Rakyat yang gugur dalam Pertempuran Lengkong pada Januari 1964 silam.

Karier Prabowo Subianto

Prabowo Subianto merupakan seorang politisi, pengusaha, sekaligus perwira tinggi militer Indonesia. Ia meniti karier di militer selama 28 tahun.

Semuanya berawal pada tahun 1976. Kala itu, ia mengawali karier militer di TNI Angkatan Darat sebagai seorang Letnan Dua, setelah lulus dari Akademi Militer di Magelang.

Dari tahun 1976 sampai 1986, Prabowo bertugas sebagai pasukan khusus TNI AD di Komando Pasukan Sandi Yudha atau Kopassandha. Salah satu tugas pentingnya adalah menjadi bagian dari pasukan operasi Nanggala di Timor-Timur.

Saat berusia 26 tahun, Prabowo menjadi salah satu Komandan Pleton termuda dalam operasi. Sosoknya bahkan memiliki andil besar dalam memimpin sebuah misi penangkapan terhadap Nicolau dos Reis Lobato, pemimpin Fretilin yang pada saat Operasi Seroja menduduki jabatan sebagai Perdana Menteri.

Tahun 1991, Prabowo memegang jabatan sebagai Kepala Staf Brigade Infanteri Lintas Udara 17 yang bermarkas di Cijantung. Dua tahun berselang, Prabowo kembali ke pasukan Khusus, di mana sekarang bernama Komando Pasukan Khusus atau Kopassus.

Ia kemudian diangkat menjadi Komandan Grup 3/Sandi Yudha, yaitu salah satu Komando kontra-insurjensi Kopassus.

Seterusnya, Prabowo menduduki jabatan sebagai wakil komandan komando di bawah kepemimpinan Brigadir Jenderal Agum Gumelar dan Brigadir Jenderal Subagyo Hadi Siswoyo.

Prabowo akhirnya diangkat sebagai komandan Jenderal Kopassus dengan pangkat Mayor Jenderal pada Desember 1995. Salah satu tugas besarnya adalah operasi pembebasan sandera Mapenduma.

Pada tahun 1998, Prabowo lagi-lagi naik pangkat menjadi Panglima Komando Cadangan Strategis AD dengan jabatan yang pernah disandang ayah mertuanya.

Prabowo juga pernah ditugaskan sebagai Komandan Sekolah Staf dan Komando ABRI di Bandung untuk menggantikan Letnan Jenderal Arie J. Kumaat. Namun, Prabowo harus mengakhiri karier di dunia militer dengan buruk karena diberhentikan secara hormat.

Sosoknya akhirnya mulai berkecimprung di dunia politik dengan membentuk Partai Gerindra. Bahkan, Prabowo sudah dua kali resmi memajukan diri sebagai capres, yakni pada Pilpres 2014 dan Pilpres 2019, di mana keduanya kalah melawan Jokowi.

Pendidikan Prabowo Subianto

Masa kecil Prabowo banyak dihabiskan di luar negeri. Terlebih setelah sang ayah mempunyai keterlibatan dalam menentang pemerintah Presiden Soekarno di dalam Pemerintah Revolusioner RI di Sumatera Barat.

Prabowo berhasil menyelesaikan pendidikan menengahnya di Victoria Institution di Kuala Lumpur, Malaysia. Prabowo kemudian melanjutkan pendidikannya ke Zurich International School di Swiss, lalu ke The American School di London, Inggris.

Setelah itu, Prabowo kembali ke Indonesia dan masuk ke Akademi Militer di Magelang, Jawa Tengah.

Catatan Hitam Prabowo Subianto

Prabowo diketahui pernah juga menuliskan catatan hitamnya. Ia dikabarkan pernah memerintahkan Kopassus untuk menghilangkan paksa sejumlah aktivis pada 1998, serta memicu adanya perpecahan di tubuh militer.

Dalam arsip pada tanggal 7 Mei 1998, mengungkap catatan staf Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta mengenai nasib para aktivis yang tiba-tiba menghilang.

Catatan itu memuat tulisan bahwa para aktivis yang menghilang bisa jadi ditahan di fasilitas Kopassus di jalan lama yang menghubungkan Jakarta dan Bogor.

Masyarakat pun terheran-heran terkait dengan dalang di balik aksi penghilangkan itu. Terlebih hasil percakapan seorang staf politik Kedutaan Besar AS di Jakarta dengan seorang pemimpin organisasi mahasiswa memunculkan nama Prabowo Subianto.

Narasumber tersebut mengaku mendapatkan informasi dari Kopassus bahwa penghilangan paksa dilakukan oleh Grup 4 Kopassus. Informasi itu juga menyebut bahwa terjadi konflik di antara divisi Kopassus bahwa Grup 4 masih dikendalikan oleh Prabowo.

Sementara itu, pada masa kampanye Pilpres 2014, Prabowo berulangkali menegaskan bahwa dirinya tidak bersalah pada saat rangkaian Peristiwa 1998. Ia juga menegaskan dirinya hanya menjalankan perintah dari atasan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI