Suara.com - Partai Gerindra memandang positif pertemuan Prabowo Subianto dan Megawati Soekarnoputri. Keduanya bertemu bahkan duduk satu meja di perayaan Hari Nasional ke-93 Arab Saudi di Jakarta, Senin (25/9/2023).
"Ya, bagus sekali, ya, memang namanya silaturahim antartokoh-tokoh bangsa terus terjadi termasuk antara Ibu Mega dan Pak Prabowo," kata Habiburokhman di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (26/9/2023).
Habiburokhman lantas menyinggung kembali hubungan baik Gerindra dan PDIP, di mana bagi Gerindra, PDIP merupakan cinta pertama. Mulai dari Pemilu 2009 yang menduetkan Megawati-Prabowo sebagai capres dan cawapres, hingga pada Pilkada DKI Jakarta 2012 yang berhasil memenangkan pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
"Jadi hubungan kami sejak saat itu dan sampai saat ini terus terbina baik. Walaupun kadang-kadang kita berbeda pilihan, tapi kenangan indah dengan PDIP itu nggak akan pernah terlupakan, kurang lebih begitu," kata Habiburokhman.
Habiburokhman memastikan pertemuan antara Prabowo dan Megawati merupakan hal yang wajar, mengingat hubungan baik antara Ketua Umum Partai Gerindra dan Ketua Umum PDI Perjuangan tersebut.
"Jadi hubunganya psikologisnya baik sekali, makanya kalau ketemu di acara apapun, ya, pasti beliau berdua saling mendekat," kata Habiburokhman.
Habiburokhman menanggapi sekaligus ihwal wacana pertemuan Prabowo dan Megawati. Menurutnya pertemuan kedua tokoh itu bisa kapan saja dilakukan.
"Bukan hal yang istimewa kalau Pak Prabowo bertemu Ibu Mega, kapan saja. Jadi bisa kapan saja beliau-beliau ketemu," ujar Habiburokhman.
Diberitakan sebelumnya, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri terlihat duduk satu meja saat menghadiri acara Hari Nasional Arab Saudi ke-93.
Baca Juga: Gus Miftah Sebut Khofifah Layak Jadi Cawapres Prabowo
Melalui keterangan tertulis dan keterangan foto dari tim media Prabowo, diketahui sejumlah tokoh turut hadir dalam acara Hari Nasional Arab Saudi ke-93 di Jakarta. Mereka yang hadir di antaranya, Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin, Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas, serta sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Maju.
Meteri Agama Yaqut menyampaikan amanat dari Presiden Jokowi. Ia menyampaikan ucapan selamat dari Presiden Jokowi atas Hari Nasional Arab Saudi yang ke-93.
"Hubungan Indonesia dengan Arab Saudi selama ini terjaga dan terjalin dengan baik untuk memperkuat hubungan internasional. Indonesia dan Arab Saudi telah bekerja sama dalam segala bidang terutama bidang energi dan pertahanan," kata Presiden Jokowi dalam amanatnya yang disampaikan Menteri Agama, dikutip Selasa (26/9/2023).
Terpisah, melalui akun Instagram @gusyaqut, Menteri Agama turut mengunggah momen saat dirinya duduk satu meja dengan Prabowo, Megawati dan tokoh negara lainnya yang turut hadir.
Melalui keterangan foto yang diunggah, pria yang akrab disapa Gua Yaqut ini menuliskan, "Amanah ini berat. Tapi selalu ada yang menyenangkan di dalamnya. Salah satunya bisa memiliki kesempatan untuk ketemu banyak tokoh penting dan menggali ilmu darinya".
Ia lantas menyinggung banyaknya orang penting yang hadir hingga adanya bocoran tipis-tipis.
"Seperti tadi malam pada Peringatan National Day Kerajaan Saudi Arabia. Banyak orang penting hadir dan ada bocoran penting meski tipis-tipis," tulis Gus Yaqut di akun Instagram pribadinya seperti dilihat Suara.com, Selasa (26/9/2023).
"Nggak usah kepo bocorannya apa. Nanti juga bakal tahu sendiri. Tunggu aja!" tandasnya.
PDIP Cinta Pertama Gerindra
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Habiburokhman menjelaskan hubungan antara Gerindra dan PDIP terjalin bagus. Bahkan, bagi Gerindra, PDIP ibarat cinta pertama.
Hal ini ia sampaikan menanggapi wacana menyatukan dua bakal calon presiden, antara Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo.
"Hubungan kami dengan PDIP sendiri bagus banget ya. Kalau bisa diibaratkan, PDIP itu cinta pertamanya Gerindra. Ya nggak?" kata Habiburokhman di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (25/9/2023).
Habiburokhman menyampaikan mengapa PDIP ibarat cinta pertama bagi Gerindra. Pasalnya ketika Gerindra masih berstatus partai baru, Gerindra sudah bekerja sama dengan PDIP pada Pemilu 2009. Kala itu, kerja sama partai ini mengusung duet Megawati Soekarnoputri dengan Prabowo.
"2009 ketika kami partai baru usia setahun, kami sudah bekerja sama dan hampir menang waktu itu dari tiga kontestan, PDIP dan Gerindra. Di 2012 bahkan cinta pertama itu membuahkan hasil produk, yaitu pasangan Jokowi-Ahok menang di Pilkada DKI 2012 dan terus kita kompak hingga saat ini, walaupun dalam berbagai kasus kita sering berbeda pilihan," tutur Habiburokhman.
Meski memiliki hubungan baik, berbeda konteks ketika membicarkan penggabungan dua poros menjadi satu, antara poros koalisi Gerindra dengan poros PDIP.
Menurut Habiburokhman, penggabungan itu sulit tercapai. Mengingat masing-masing poros sudah memiliki capresnya sendiri. Ia sendiri mempertanyakan, apakah mungkin kemudian capres dari PDIP, yakni Ganjar yang menjadi cawapres. Pasalnya, Gerindra sudah bertekad untuk menjadikan Prabowo sebagai capres dan tidak mungkin menurunkannya menjadi cawapres.
"Jadi sebenarnya hambatan psikologisnya nggak ada hanya soal teknis nih. Kalau Pak Prabowo kan nggak mungkin mundur sebagai cawapres. Ini kan juga sudah ketiga kalinya beliau maju dan lain sebagainya, enggak mungkin aja Pak Prabowo sebagai cawapres," kata Habiburokhman.
"Kita tinggal lihat seberapa mungkin Pak Ganjar menjadi cawapres. Itu kami tidak akan desak, bahkan nggak berani menawarkan. karena takutnya dikira tidak sopan. Tapi yang penting adalah kalau toh sama-sama capres berarti nggak mungkin di satu koalisi," sambungnya.