"Dan demi kepentingan suara itu, kualitas-kualitas personal diabaikan lalu ditukar dengan kualitas bapakisme. Kaesang adalah anak presiden, dan PSI hendak meraup suara pemilih yang memilih berdasar popularitas pak Jokowi," kata Ray
Ray Rangkuti mengatakan tampak jelas bahwa sifat menggantungkan diri pada bapakisme tersebut telah mengaburkan idiom PSI sebagai partai anak muda atau kaum milenial.
"Anak muda yang seharusnya diberi teladan untuk selalu siap mandiri, malah yang terlihat sebaliknya: Menggantung nasib pada bapakisme. Dalam kondisi seperti ini, saya ragu, PSI akan menarik simpati pemilih pak Jokowi. Tapi yang sudah pasti: PSI menukar hal-hal ideal dalam berpolitik untuk semata mengejar suara. Satu perilaku yang mencerminkan standar etika politik PSI yang biasa-biasa saja," tutur Ray.