Suara.com - Serikat Petani Indonesia (SPI) mengeluhkan harga pangan, khususnya beras sebagai refleksi Hari Tani Nasional yang jatuh pada 24 September kemarin.
Sekretaris Umum SPI Agus Ruli Ardiansyah menjelaskan saat ini harga beras relatif tinggi padahal petani tidak banyak menikmati hasil taninya.
"Kami mendesak pemerintah untuk menurunkan harga pangan, terutama beras yang saat ini cukup tinggi," kaga Agus di kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat, Senin (25/9/2023).
Naiknya harga beras dinilai menyulitkan petani lantaran harus mengeluarkan biaya produksi yang tinggi, hasil produksi tani rendah karena fenomena El Nino, dan harga hasil tani yang juga tinggi.
"Pangan itu harus bisa diakses oleh kelompok masyarakat miskin lain seperti buruh, miskin kota, nelayan, kelompok perempuan, dan juga kelompok miskin lainnya di Indonesia," ujar Agus.
"Jadi, petani tidak maksimal menilmati harga gabah yang sekarang didengungkan cukup tinggi sementara petani juga konsumen pangan itu sendiri," tambah dia.
![Pengunjung membeli beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) di ritel modern, Lotte Grosir Pasar Rebo, Jakarta Timur, Jumat (8/9/2023). [Suara.com/Alfian Winanto]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2023/09/08/37728-beras-sphp-harga-beras-bulog.jpg)
Untuk itu, SPI mendorong pemerintah mewujudkan pangan, bukan membangun food estate yang dinilai memberikan keuntungan kepada perusahaan-perusahaan berbasis nilai modal.
"Kami ingin pemerintah mendorong kawasan-kawasan daulat pangan yang berbasiskan koperasi dam keluarga petani sehingga kedaulatan pangan bisa terwujud," tandas dia.
Diketahui, Partai Buruh dan SPI mendatangi kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat untuk melakukan demonstrasi.
Baca Juga: Wah! Lesti Kejora Diangkat Jadi Duta Petani Milenial
Aksi tersebut dilakukan untuk memperingati Hari Buruh Nasional yang jatuh pada 24 September 2023 lalu. Unjuk rasa ini dilakukan di dua titik, yaitu kawasan Patung Kuda dan Kantor Bulog.