Suara.com - Universitas Pertahanan RI (Unhan) menggelar seminar internasional teknologi ketahanan air untuk menjawab soal ancaman krisis air. Hal itu dilakukan sebagaimana tindak lanjut seruan Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto.
"Kegiatan seminar ini sebagai tindak lanjut dari seruan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto kepada Universitas Pertahanan RI pada 20 September 2022 untuk meneliti teknologi sumber air untuk mengatasi krisis air di Indonesia," kata Rektor Unhan, Letjen TNI Jonni Mahroza katanya, Kamis (22/9/2023).
Ia mengatakan, acara ini juga digelar untuk memperluas wawasan dan mendapatkan solusi tercapainya ketahanan sumber daya air dengan menggunakan teknologi paling mutakhir yang sesuai dengan kondisi alam Indonesia guna pertahanan negara yang kuat.
Sedianya acara akan dihadiri oleh Menhan Prabowo, namun Ketua Umum DPP Partai Gerindra itu batal hadir di acara seminar tersebut.
Baca Juga: Bisa Menang Banyak, Begini Hitung-hitungan Peluang Duet Ganjar-Prabowo Di Pilpres 2024
Dalam seminar ini, Unhan bekerjasama dengan Indonesia Business Post. Acara ini juga turut mengundang 15 perusahaan dan pakar teknologi ketahanan air, baik dari dalam maupun luar negeri.
"Pilihan perusahaan-perusahaan ini didasarkan pada harapan Menteri Pertahanan RI dan Rektor Unhan RI bahwa teknologi mereka dapat mendukung revolusi manajemen air dan ketahanan air Indonesia," kata Annelis Putri, pendiri dan direktur media Indonesia Business Post dalam kesempatan yang sama.
Lebih lanjut, Mahroza mengatakan, kondisi ketahanan air di Indonesia kekinian dalam ancaman menuju ke krisis air. Hal itu, kata dia, ditandai dengan terjadinya kekeringan di sejumlah daerah misalnya Nusa Tenggara baik Timur maupun Barat, Maluku, dan beberapa kota lainnya sebagai dampak dari perubahan iklim.
Menurutnya, dampak dari perubahan iklim ini disebabkan oleh pencemaran lingkungan, terutama pencemaran udara oleh CO2, NO3, dan HSO2, yang berkontribusi pada efek rumah kaca dan hujan asam.
"Perubahan iklim dan krisis air ini memerlukan penanganan yang efektif untuk memitigasi dampak negatif yang timbul. Salah satunya dan terutama adalah dengan meningkatkan ketahanan air di seluruh Indonesia," katanya.
Baca Juga: Zulhas Amini Pidato AHY Soal Prabowo Butuh Super Team: Kalau Sendiri Namanya Melukis
"Saat ini, penurunan ketersediaan air yang merata diperkirakan akan terjadi di Pulau Jawa dan Nusa Tenggara selama periode proyeksi 2020-2045," sambungnya.
Untuk itu, kata dia, diperlukan tindakan mitigasi yang tepat diperlukan untuk memperkuat ketahanan air negara dan mencegah kerugian negara yang lebih besar.
Dalam acara ini juga dilakukan penandatangan dengan tiga perusahaan asal Perancis dan Swedia. Hal itu untuk dalam rangka mengantisipasi krisis air yang kemungkinan terjadi.