Hanya ada Pras dan dua karyawan lainnya yang sedang bermain handphone. Tak hanya toko Pras, toko di sekitarnya pun demikian.
Bahkan, parkir mobil di setiap lantai basement sangat sepi. Dalam satu lantai, bisa terhitung jari mobil yang terparkir.
Kuli Panggul Ikut Digilas
Tak hanya berdampak ke pedagang, sepinya Pasar Tanah Abang juga dirasakan kuli panggul di pusat grosir terbesar di Asia Tenggara itu.
Kepada Suara.com, Emen bercerita, sudah berprofesi sebagai porter selama 20 tahun sejak adanya pusat perbelanjaan Blok A.
Ketika itu, kehidupan kuli panggul seperti dirinya bisa dibilang layak lantaran dalam sehari, bisa meraup cuan Rp 200 ribu hingga Rp 500 ribu.
"Kalau sekarang buat nyari duit Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu sehari aja susah," keluh Emen kepada Suara.com, di parkiran lantai 5 Blok A, Pasar Tanah Abang, Kamis (21/9/2023).
Bahkan saat ini, Emen berkisah sejak pagi hingga siang hari baru mendapat dua kali orderan mengangkat karung dengan upah Rp 30 ribu.
"Ini dari pagi aja baru Rp30 ribu, terus dipakai buat makan Rp 10 ribu. Jadi sekarang tinggal Rp 20 ribu," kata Emen.

Kisah Pras dan Emen di Pasar Tanah Abang itu kini menjadi sorotan wakil rakyat di Kebon Sirih. Sekretaris Komisi B DPRD Wa Ode Herlina mengungkapkan keprihatinannya.