Suara.com - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menemukan selongsong gas air mata di atap SDN 024 Galang di Pulau Rempang, Kepulauan Riau (Kepri). Penemuan itu usai peristiwa bentrokan antara warga dengan aparat pada 7 September 2023.
Penemuan selongsong gas air mata tersebut dikonfirmasi oleh Komisioner Komnas HAM Prabianto Mukti.
"Betul, ada selongsong (gas air mata) di atap sekolah," ujar Prabianto saat dikonfirmasi, Selasa (19/9/2023).
Hanya saja, Prabianto tidak menyebutkan secara rinci jumlah selongsong yang ditemukan. Kekinian, Komnas HAM tengah mendalami adanya dugaan pelanggaran HAM di kasus Pulau Rempang.
Baca Juga: Perusahaan Bahlil Lahadalia, Menteri BKPM Berharta Rp 302 Miliar Ngotot Lanjutkan Rempang Eco City
"Komnas HAM akan melanjutkan pemantauan untuk mendalami dugaan pelanggaran HAM," kata Prabianto.
Lebih lanjut, Prabianto mengatakan tidak ada tenggat waktu dalam proses pemantauan dan pendalaman terkait kasus ini.
"Target waktu tidak ada tapi akan diselesaikan secepatnya," ungkapnya.
Diketahui, Komnas HAM menurunkan tim ke Pulau Rempang buntut kasus konflik lahan Proyek Strategis Nasional (PSN) Rempang Eco-City yang memicu sejumlah aksi penolakan dari warga.
Komisioner Komnas HAM, Saurlin Siagian mengatakan Komnas HAM bakal melakukan investigasi dan pemantauan secara langsung di lapangan dalam beberapa waktu ke depan.
Baca Juga: Harta Kekayaan Yudo Margono: Panglima TNI yang Viral Minta 'Piting' Warga Rempang
"Komnas HAM memutuskan untuk melakukan investigasi dan pemantauan (ke Rempang)," ujar Saurlin dalam jumpa pers di kantor Komnas HAM, Jakarta Pusat, Jumat (15/9/2023).
Hingga kini proses investigasi dan pemantauan masih berlangsung di Rempang. Dia meminta semua pihak menunggu hasil investigasi Komnas HAM di Rempang hingga nantinya dibuat dalam butir rekomendasi-rekomendasi.
Siswa SD Trauma
Sebelumnya, perwakilan warga Pulau Rempang, Suardi Mongga mengatakan sejumlah siswa SD yang berada saat bentrok warga dan aparat pecah kini merasa takut berangkat ke sekolah.
Suwardi menyampaikan puluhan siswa itu disebut mengalami trauma pasca ditembak gas air mata dan terjadinya kericuhan.
"Ada 20 sampai 25 (anak yang terkena gas air mata), dari SMP dan SD. Kalau untuk anak SD itu lagi tak berani sekolah. Jadi ada rasa takut, berangkat aja takut," ujar Suardi kepada wartawan, Kamis (14/9/2023).
Dia berpandangan peristiwa bentrok warga dan aparat kepolisian pada 7 September 2023 menyisakan trauma mental bagi para siswa tersebut. Terlebih, beberapa siswa juga dilaporkan terkena tembakan gas air mata.
"Namanya mental. Untuk memulihkan mental itu butuh waktu lama dan itu saya rasa kan menjadi sejarah yang tidak dapat dilupakan," ujarnya.