Dalam kesempatan itu, Ali juga sempat dibawa berkunjung dan melihat-lihat salah satu lokalisasi yang ada di Bangkok itu.
Setelah itulah, Ali terpikir untuk membuat lokasi serupa di Jakarta. Dalam buku lain yang berjudul “Ali Sadikin Membenahi Jakarta Menjadi Kota yang Manusiawi” larya Ramadhan KH, Ali Sadikin mengatakan, peresmian lokalisasi Kramat Tunggak adalah untuk memperindah kawasan ibu kota.
Diprotes kalangan perempuan
Keputusan Ali Sadikin membuat kawasan khusus untuk bisnis esek-esek ternyata mendapat tentangan dari Kesatuan Aksi Wanita Indonesia (KWI).
Delegasi KAWI Pusat sempat menemui Ali Sadikin langsung untuk menyampaikan keberatannya mengenai lokalisasi Kramat Tunggak.
Dalam buku, Ali Sadikin mengatakan, kebijakannya melokalisasi pelacuran di Jakarta dianggap sebagai upaya untuk ekspolitasi manusia, merendahkan perempuan dan menjauhkan kemungkinan rehabilitasi.
Namun menurut Ali, aspirasi KAWI mesti ditampung. Ia lalu membentuk panitia kecil bersana KAWI untuk mengatasi pelacuran.
Langkah ini sekaligus untuk menunjukkan secara langsung pada KAWI kondisi sebenarnya dan seperti apa persoalan yang sesungguhnya.
“Setelah panitia kecil bekerja, kesimpulan saya, tetap menanggulanginya tepat dengan melokalisasi mereka, melokalisasi kan berarti mempersempit gerak mereka dan dengan demikian akan terbina apa yang diharapkan sebagai ‘menghapuskan pemandangan kurang sedap’ di tepi-tepi jalan,” kata Ali.
Baca Juga: Ada Adegan Siskaeee Salat Sebelum Berhubungan Intim di Keramat Tunggak
Menurut Ali, ketika itu tidak mudah menyelesaikan masalah keberadaan wanita tunasusila. Dan masyarakat lebih banyak menggunjingkannya daripada menolong mereka.