Kramat Tunggak, Lokalisasi Era Gubernur Ali Sadikin Jadi Judul Film Porno Siskaeee dan Virly Virginia

Farah Nabilla Suara.Com
Selasa, 12 September 2023 | 14:55 WIB
Kramat Tunggak, Lokalisasi Era Gubernur Ali Sadikin Jadi Judul Film Porno Siskaeee dan Virly Virginia
Foto Siskaeee di film Keramat Tunggak. (Twitter/@linkdoodterbaru)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Skandal pornografi di dunia hiburan Indonesia kembali menjadi sorotan. Subdit Siber Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Metro Jaya membongkar jaringan rumah produksi film porno di Jakarta Selatan. Salah satu filmnya adalah Kramat Tunggak.

Tak tanggung-tanggung, produksi film porno tersebut menggaet sejumlah selebgram yang sudah dikenal publik, diantaranya Siskaeee dan Virly Virginia.

Kepolisian mengatakan, rumah produksi film porno itu telah memproduksi 120 film yang disebarkan ke tiga situs web berbayar.

Diantara film itu ada yang berjudul ‘Kramat Tunggak” yang merujuk pada salah satu bekas lokalisasi legendaris di Jakarta.

Baca Juga: Ada Adegan Siskaeee Salat Sebelum Berhubungan Intim di Keramat Tunggak

Terkait hal itu, menarik kiranya kita ulas mengenai Kramat Tunggak yang kini telah menjadi Islamic Center di Jakarta utara.

Sekilas mengenai Kramat Tunggak

Kramat Tunggak berada di wilayah Jakarta Utara sejak 1970 hingga 1999. Pada masanya, kawasan ini disebut-sebut sebagai lokalisasi terbesar di Asia Tenggara.

Kawasan ini diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta kala itu, yakni Ali Sadikin. Ide awal didirikannya lokalisasi resmi ini berawal ketika Ali Sadikin berkunjung ke Thailand, negara yang terkenal dengan industri seksnya.

Dalam buku yang berjudul “Bang Ali: Demi Jakarta 1966-1977” yang ditulis oleh Ramadhan KH, dijelaskan Ali Sadikin sempat bertanya pada pihak kedutaan Indonesia di Thailand mengenai industri seks di sana.

Baca Juga: Kini Bakal Diperiksa Polisi, Siskaeee Selalu Bawa Sex Toys Saat Bepergian

Lalu orang kedutaan tersebut menjelaskan kalau tempat pelacuran di Bangkok diatur dalam wilayah tertentu atau dilokalisasi.

Dalam kesempatan itu, Ali juga sempat dibawa berkunjung dan melihat-lihat salah satu lokalisasi yang ada di Bangkok itu.

Setelah itulah, Ali terpikir untuk membuat lokasi serupa di Jakarta. Dalam buku lain yang berjudul “Ali Sadikin Membenahi Jakarta Menjadi Kota yang Manusiawi” larya Ramadhan KH, Ali Sadikin mengatakan, peresmian lokalisasi Kramat Tunggak adalah untuk memperindah kawasan ibu kota.

Diprotes kalangan perempuan

Keputusan Ali Sadikin membuat kawasan khusus untuk bisnis esek-esek ternyata mendapat tentangan dari Kesatuan Aksi Wanita Indonesia (KWI).

Delegasi KAWI Pusat sempat menemui Ali Sadikin langsung untuk menyampaikan keberatannya mengenai lokalisasi Kramat Tunggak.

Dalam buku, Ali Sadikin mengatakan, kebijakannya melokalisasi pelacuran di Jakarta dianggap sebagai upaya untuk ekspolitasi manusia, merendahkan perempuan dan menjauhkan kemungkinan rehabilitasi.

Namun menurut Ali, aspirasi KAWI mesti ditampung. Ia lalu membentuk panitia kecil bersana KAWI untuk mengatasi pelacuran.

Langkah ini sekaligus untuk menunjukkan secara langsung pada KAWI kondisi sebenarnya dan seperti apa persoalan yang sesungguhnya.

“Setelah panitia kecil bekerja, kesimpulan saya, tetap menanggulanginya tepat dengan melokalisasi mereka, melokalisasi kan berarti mempersempit gerak mereka dan dengan demikian akan terbina apa yang diharapkan sebagai ‘menghapuskan pemandangan kurang sedap’ di tepi-tepi jalan,” kata Ali.

Menurut Ali, ketika itu tidak mudah menyelesaikan masalah keberadaan wanita tunasusila. Dan masyarakat lebih banyak menggunjingkannya daripada menolong mereka.

Namun pada perkembangannya, lokalisasi Kramat Tunggak semakin meluas dan menjadi lahan basah bagi para mucikari untuk mempekerjakan perempuan sebagai wanita penghibur.

Penutupan Kramat Tunggak

Pada era 1990-an, di Kramat Tunggak tercatat ada lebih dari 2 ribu pekerja seks, sehingga membuat kawasan itu dikenal sebagai tempat yang ‘kotor’.

Hal inilah kemudian yang membuat warga sekitar Kramat Tunggak mendesak pemerintah untuk menutup lokalisasi itu.

Akhirnya Kramat Tunggak resmi ditutup oleh Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso pada 31 Desember 1999.

Untuk membersihkan citra Kramat Tunggak, Sutiyoso melontarkan ide untuk membangun Jakarta Islamic Center di bekas kawasan tersebut dan terealisasi pada 4 Maret 2003 hingga kini.

Kontributor : Damayanti Kahyangan

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI