Suara.com - Suwardi, seorang warga Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau, menceritakan detik-detik kericuhan yang terjadi saat aksi unjuk rasa menolak pemasangan patok untuk Proyek Strategis Nasional (PSN) di Pulau Rempang pada 7 September 2023.
Suwardi mengatakan warga Rempang sejatinya sempat berusaha untuk melakukan mediasi dengan pihak BP Batam dan aparat kepolisian.
Namun, berdasarkan penuturan Suwardi, pihak BP Batam dan polisi tetap memaksa untuk masuk ke area kampung-kampung.
"Terjadinya pengukuran paksa dari pihak BP Batam bersama teman-teman pengamanan, itu menurut saya tidak sesuai SOP," ujar Suwardi dalam jumpa pers di kantor Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Jakarta Pusat, Selasa (12/9/2023).
Baca Juga: Polisi Tangkap 43 Orang Buntut Demo Rusuh di BP Batam, 5 di Antaranya Positif Narkoba
Setelah itu, Suwardi mengatakan bentrok antara warga dan polisi pun terjadi. Tak lama berselang, aparat kepolisian memukul mundur warga dengan menembakkan gas air mata.
"Akhirnya terjadi kericuhan yang sangat luar biasa," ucap Suwardi.
Tak sampai di situ, Suwardi menyebut aparat kepolisian terus menembaki warga yang sudah berlarian hingga ke area perkampungan. Salah satu arah tembakan gas air mata itu adalah SD yang berada di dekat lokasi kericuhan.
"Lebih dari 25 siswa yang dilarikan ke rumah sakit. Yang paling saya sesali, mereka (polisi) mengarahkan tembakan (gas air mata) itu ke sekolah-sekolah," jelas Suwardi.
Dalih Tertiup Angin
Baca Juga: 3 Klaim Mahfud MD Soal Pulau Rempang, Ada Kekeliruan Izin?
Sebelumnya, Kabid Humas Polda Kepulauan Riau Kombes Zahwani Pandra Arsyad mengungkapkan kalau pihaknya melontarkan gas air mata ke arah massa sesuai dengan aturan.
Polisi melontarkan gas air mata karena massa diklaimnya melemparkan batu ke arah aparat.
Lalu, karena bangunan sekolah berada di dekat kawasan bentrok digunakan oleh pelajar untuk berkumpul, Zahwani mengklaim polisi tak mengarahkan gas air mata ke arah sana.
"Sekolah berbatasan dengan tempat mereka berkumpul. Nggak mungkin gas air mata diarahkan ke sekolah," ucapnya.
"Gas (air mata) dialihkan ke kerumunan tapi tertiup angin."