Kasus penggunaan gas air mata oleh pihak kepolisian kembali terjadi di Indonesia. Kali ini, bentrok antara masyarakat dengan penegakan hukum yang berujung dengan penembakan gas air mata terjadi di Pulau Rempang.
Sejumlah warga Rempang, Kota Batam, Kepulauan Riau terlibat bentrok dengan petugas gabungan pada saat pengamanan pengukuran lahan untuk pengembangan proyek Rempang Eco City, Kamis (7/9/2023).
Namun, Kapolda Kepulauan Riau (Kepri) Irjen Tabana Bangun sudah memastikan bahwa bentrok tersebut sudah berstatus kondusif setelah warga Rempang memilih untuk kembali ke rumah masing-masing pada pukul 20.30 WIB.
Sebelum viralnya kasus bentrok Pulau Rempang yang berujung pada penembakan gas air mata ini, ada beberapa kasus penggunaan gas air mata oleh polisi, apa saja? Simak informasi lengkapnya berikut ini.
Baca Juga: Kronologi Bentrokan Pulau Rempang, Berawal dari Sengketa Lahan Rempang Eco City
Di tahun 2022 lalu, sempat terjadi tragedi yang meninggalkan luka mendalam sepanjang sejarah sepak bola Indonesia. Pada hari Sabtu, 1 Oktober 2022 lalu, terdapat insiden yang menyebabkan ratusan korban meninggal dunia di Stadion Kanjuruhan Malang.
Insiden tersebut terjadi setelah pertandingan Arema FC vs Persebaya dilaksanakan. Saat itu, Arema FC kalah 2-3 melawan Persebaya.
Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta menjelaskan bahwa suporter tim Arema FC merasa kecewa karena tim andalannya kalah dalam pertandingan. Mereka pun kemudian turun langsung ke lapangan dan berusaha mencari para pemain dan ofisial untuk melampiaskan kekecewaannya.
Polisi kemudian menembakkan gas air mata karena para suporter dinilai anarkis. Aremania (sebutan pendukung bola Arem) menyerang para petugas kepolisian sampai merusak sejumlah fasilitas yang ada di stadion.
Baca Juga: Sempat Chaos, Kapolda Kepri Pastikan Situasi di Pulau Rempang Kondusif
Hal tersebut membuat kondisi semakin runyam hingga akhirnya ratusan nyawa melayang karena berdesak-desakan, buntut dari penembakan gas air mata oleh pihak kepolisian.
Bentrokan antara warga dan polisi pecah di kawasan Dago Elos, Kota Bandung pada Senin (15/8/2023) malam. Bentrokan tersebut mengakibatkan sejumlah warga terluka. Bahkan diketahui polisi mendobrak masuk ke dalam rumah warga hingga menembakkan gas air mata.
Bentrok yang terjadi dimulai dari aksi blokir ruas Jl Ir. H Juanda atau Jl Dago ini bermula pada saat warga mendatangi Polrestabes Bandung pada Senin siang di hari yang sama. Saat itu, warga Dago Elos hendak membuat laporan terkait dengan dugaan tindak pidana.
Berdasarkan keterangan yang disampaikan oleh Tim Advokasi Dago Elos, sampai malam WIB, selama mereka menunggu berjam-jam di Polrestabes Bandung, laporan warga tersebut tidak diterima. Warga yang merasa kesal kemudian meninggalkan Polrestabes Bandung saat itu juga.
Saat berada di depan Terminal Dago, warga yang merasa kesal tersebut melakukan aksi dengan memblokade jalan hingga akhirnya polisi datang ke lokasi. Mereka pun melakukan negosiasi dan berbuah kesepakatan perwakilan warga siap kembali ke Polrestabes Bandung.
Namun, beberapa waktu kemudian terjadi penembakan gas air mata yang dilontarkan dari arah ruas Jalan Dago atau ke bagian belakang barisan warga oleh aparat kepolisian yang menggunakan kendaraan roda dua.
Sejak itulah bentrokan semakin memanas. Warga sekitar berlarian untuk menyelamatkan diri. Polisi pun turut merangsek masuk ke area pemukiman dan kembali melontarkan gas air mata.
Pulau Rempang
Terbaru, bentrokan antara warga dan aparat terjadi di Pulau Rempang, Kepulauan Riau pada Kamis (7/9/2023). Bentrokan tersebut terjadi setelah petugas hendak melakukan pengukuran lahan di kampung adat untuk kepentingan proyek strategis nasional.
Diketahui, pihak kepolisian menuduh sekelompok massa melakukan sweeping pada warga ataupun petugas yang akan melakukan pengukuran lahan. Kabidhumas Polda Kepri, Kombes Zahwani Pandra Arsyad menjelaskan bahwa pada saat melakukan sweeping mereka membekali diri dengan beberapa alat, seperti ketapel, batum senjata tajam, hingga bom molotov.
Pihak kepolisian sendiri tidak ada yang menggunakan senjata api ataupun senjata tajam. Menurutnya, apa yang telah dilakukan oleh pihaknya dalam rangka preventif.
Dalam bentrokan tersebut, ternyata pihak kepolisian menembakkan gas air mata yang mengarah ke sebuah sekolah tingkat menengah di sekitar lokasi bentrok. Sempat beredar bahwa ada anak sekolah ada yang mengalami luka parah akibat dari tembakan tersebut, tetapi dibantah oleh Zahwani.
Zahwani menyebut bahwa pihaknya tidak mengarahkan tembakan gas air mata ke sekolahan yang tengah melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Kontributor : Syifa Khoerunnisa