Duta Besar Jerman untuk Israel, Steffen Seibert, mengatakan bahwa rakyat Palestina "berhak mendengar kebenaran sejarah dari pemimpin mereka, bukan distorsi sejarah seperti itu."
Misi Jerman di Ramallah, tempat kantor pemerintahan Abbas di Palestina, juga "dengan tegas" mengutuk pernyataan itu.
"Sejarahnya jelas: jutaan nyawa telah dibunuh dan itu tidak dapat direlatifkan," kata misi Jerman di Ramallah pada hari Rabu (06/09) malam waktu setempat.
Utusan Khusus Amerika Serikat (AS) untuk Memantau dan Memerangi Antisemitisme, Deborah Lipstadt, juga mengecam "pernyataan kebencian dan antisemitisme" dari Presiden Abbas dan menyerukan permintaan maaf segera.
Konsulat Prancis di Yerusalem pada hari Kamis (07/09) juga menyebut pernyataan Abbas tersebut "sama sekali tidak dapat diterima" dan mengatakan bahwa pihak mereka dengan tegas menolak "antisemitisme dan penyangkalan (Holocaust) dalam segala bentuk."
Otoritas Palestina Tarik Kembali Komentarnya
Kantor Abbas kemudian mengeluarkan sebuah pernyataan bahwa, "Holocaust adalah kejahatan paling keji dalam sejarah manusia modern."
Juru bicara Nabil Abu Rudeineh juga mengecam "kampanye fanatik" oleh Presiden Palestina tersebut. Dia mengatakan bahwa posisi Abbas "jelas dan terdokumentasi, yaitu mengutuk Holocaust dan menolak antisemitisme."
Ada beberapa contoh di masa lalu di mana Abbas juga dikecam karena merelatifkan, meremehkan, atau salah mengartikan fakta-fakta mengenai peristiwa Holocaust, termasuk saat berkunjung ke Berlin tahun lalu. [kp/ha/AFP/Reuters/AP]
Baca Juga: Al Zaytun Disebut Panji Gumilang Mirip Kibbutz Israel, Apa Itu?