Menelusuri Kebesaran NU yang Rawan Dijadikan Alat Politik

Farah Nabilla Suara.Com
Selasa, 05 September 2023 | 17:49 WIB
Menelusuri Kebesaran NU yang Rawan Dijadikan Alat Politik
Para kader NU saat acara Selatda di Kuta Mandalika Lombok Tengah, Minggu (5/12/2021). [Dok Antara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Nahdlatul Ulama (NU) telah menjadi salah satu organisasi masyarakat berbasis agama tersohor di Tanah Air. 

Asal-usul NU juga sarat akan nilai historis dan kulturan sehingga kini menghimpun banyak masa terutama di pulau Jawa.

Sayangnya, kekuatan massa NU berpotensi disalahgunakan oleh oknum kadernya sebagai alat politik semata.

Sontak, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf memberi kecaman keras terhadap kadernya yang menjadikan NU sebagai wahana politik.

Baca Juga: Anies-Cak Imin Resmi Capres-Cawapres, Gus Falah Yakin Suara Ganjar di Kalangan NU Tidak Tersedot

Pria yang akrab disapa dengan Gus Yahya itu akan menindak tegas Nahdliyin atau warga NU yang ngeyel dan membawa nama organisasi dalam kampanye politik.

"Kalau ada pengurus NU, kemudian menggunakan lembaga NU untuk kegiatan politik politik praktis, langsung kami tegur," tegas Yahya, Selasa (5/9/2023).

Asal-usul NU: dari pendirian sampai mengilhami partai politik

Nahdlatul Ulama didirikan oleh beberapa ulama kondang salah satunya yakni  Hasyim Asy'ari, kepala Pondok Pesantren Tebuireng dari Jombang, Jawa Timur pada 31 Januari 1926.

NU didirikan untuk mewadahi ajaran para ulama Muslim Asy'ari ortodoks yang sekilas bertentangan dengan  kebijakan modernis Muhammadiyah, Persatuan Islam (Persis), dan gerakan Salafi.

Baca Juga: Senyum Rustini Murtadho Istri Cak Imin, Bakal Cawapres Anies Baswedan, IRT Lulusan IAIN yang Kerap Tampil Modis

NU juga mewadahi tradisi-tradisi lokal yang kehadirannya ditolak oleh beberapa organisasi keagamaan yang menginginkan Islam yang lebih modern.

Tak dapat dipungkiri, bahwa NU juga memiliki peranan besar dalam kancah perpolitikan di Indonesia. Hal ini dicatat oleh Herbert Feith dalam bukunya yang berjudul The Decline of Constitutional Democracy in Indonesia.

Feith mencatat bahwa NU juga merupakan salah satu komponen yang tergabung dalam partai Masyumi. Adapun Masyumi merupakan partai dengan ideologi agama yang muncul di era Orde Lama hingga awal Orde Baru.

Para kader NU juga beberapa kali berhasil masuk ke dalam lini pemerintahan dari legislatif hingga eksekutif.

Bahkan, sosok Abdurrahman Wahid alias Gus Dur yang menjadi Presiden Indonesia ke-4 juga merupakan warga NU tersohor. 

Lahirnya PKB

Meski Masyumi sudah lama dibubarkan, NU tetap memiliki kehadiran politik yang kuat.

Adapun NU mengilhami lahirnya partai politik bernama Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang didirikan pada 23 Juli 1998.

Beberapa ulama NU seperti Gus Dur, Mustofa Bisri (Gus Mus), dan Ilyas Ruhiat turut hadir mendirikan PKB.

Kini, ada segudang tokoh PKB sekaligus tokoh NU yang kondang dalam pemerintahan, salah satunya Ketua Umum atau Ketum PKB, Muhaimin Iskandar (Cak Imin) yang didapuk sebagai calon wakil presiden Anies Baswedan.

Kontributor : Armand Ilham

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI