Suara.com - Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB), Yusril Ihza Mahendra, menegaskan, jika dirinya siap menjadi perisai bagi Joko Widodo atau Jokowi jika nanti sudah tidak lagi menjabat sebagai Presiden RI. Menurutnya, memang eks presiden potensial mendapatkan serangan dari musuh politiknya.
Ia lantas memberikan contoh bagaimana seorang mantan presiden justru mendapatkan serangan, yakni seperti apa yang dialami oleh Soeharto.
"Saya pengalaman bagaimana menangani masalah Pak Harto, ya. Ketika beliau berhenti menjadi presiden kemudian tidak menjadi presiden lagi, ya macam-macam tuntutan di kalangan masyarakat pada waktu itu dan akhirnya tidak ada proses apapun pada beliau," kata Yusril ditemui di Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Sabtu (2/9/2023).
Ia pun berharap agar hal serupa tak dialami oleh Jokowi ketika nanti sudah tak menjabat.
Baca Juga: SBY: Ada Menteri Jokowi Lobi Demokrat untuk Bikin Koalisi Baru Atas Sepengetahuan 'Pak Lurah'
Untuk itu, ia pun menegaskan kesiapannya menjadi perisai hukum bagi Jokowi nantinya.
"Saya berharap itu juga terjadi pada Pak Jokowi maupun mantan-mantan presiden yang lain semua kita hormati. Dan kalau saya diminta untuk ikut menangani permasalah permasalahan beliau, saya siap melakukannya," ujarnya.
Untuk diketahui sebelumnya, Rocky Gerung mengusulkan sebaiknya Presiden Jokowi menggunakan Yusril dengan keahliannya sebagai perisai hukumnya.
"Baiknya ajak Yusril. Cuma yusril yang bisa melakukan penyelamatan,” ujar Rocky, saat menjadi pembicara di acara diskusi publik bertajuk “Harkat, Martabat dan Keselamatan Seorang Mantan Presiden, di Cikini, Jakarta Pusat, Jumat, 1 September 2023.
Rocky menjelaskan, secara antropologi, politik di Indonesia berbasiskan dendam. Hal tersebut diawali ketika Ken Arok menjadi Raja, hingga fenomena antar Presiden di Indonesia.
Baca Juga: Paham Lagi Kecewa Berat, Tapi PDIP Minta Demokrat Tak Seret Cawe-cawe Jokowi
Misalnya, menurutnya, dijatuhkannya Presiden Gus Dur hingga inharmonisasi hubungan politik Megawati dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Politik balas dendam ini, kata dia, bisa saja terjadi ketika Jokowi tidak lagi menjabat sebagai Presiden RI. Serangan itu bisa jadi didapatkan dari dari presiden terpilih. Termasuk, jika Anies Baswedan menjadi Presiden 2024-2019.