Suara.com - Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah menilai tiga bakal calon presiden yang ada saat ini, muncul dari proses kandidasi yang membingungkan.
Pasalnya, nama Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan dianggap muncul karena dorongan elektabilitas yang muncul dari hasil survei.
"Harusnya kalau kita bicara nominasi normal adalah ada proses di dalam partai itu, final dulu, baru setelah itu orang itu disurvei, diserahkan kepada market," kata Fahri dalam Gelora Talks yang digelar secara daring pada Rabu (30/8/2023).
Menurut dia, hasil survei yang memaksa PDIP mengusung Ganjar Pranowo serta Partai NasDem bersama Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mendukung Anies Baswedan sebagai calon presiden.
Baca Juga: Ganjar di Kiri, Anies di Kanan, Fahri Hamzah Sebut Prabowo Berpeluang jadi Presiden
Dalam kasus Prabowo Subianto, Fahri menilai Gerindra bersama mitra koalisinya yaitu Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Golkar, dan Partai Amanat Nasional (PAN) tidak terlalu terpaksa dalam mengusung Prabowo.
Sebab, Prabowo sebelumnya sudah berpartisipasi dalam kompetisi ini dan akan menjadi kandidat untuk keempat kalinya pada Pilpres 2024. Menurut Fahri, kemunculan ketiga nama ini didukung oleh momen yang terjadi sehingga menyebabkan mereka menjadi man of moment.
Prabowo Subianto dianggap mendapatkan momen dengan dukungan dari para partai politik yang memihak Presiden Joko Widodo.
"Di PDIP itu Pak Ganjar yang beberapa bulan lalu kita dengar beliau dikritik oleh partainya, bahkan kadernya ada yang berani mengatakan dia tidak punya prestasi," ucap Fahri.
"Kemudian switch gitu dari Dewan Kolonel yang mendukung Mbak Puan tiba-tiba ke Ganjar itu kan argumen-argumennya tidak ada," katanya.
Baca Juga: Kemiripan Nasib Budiman Sudjatmiko dan Fahri Hamzah: Para Mantan Aktivis 98 yang Dipecat Partai
Di sisi lain, Fahri menyebut Anies Baswedan memiliki momen tersendiri dengan nama calon wakil presiden pilihannya yang masih menjadi misteri.
“Jadi, misteri-misteri ini di dalam candidacy nomination, ini sebenarnya petanda bagi betapa tidak idealnya demokrasi kita, betapa tidak idealnya demokrasi prosedural kita di dalam melahirkan nama dari calon pemimpin tertinggi di republik ini dan misteri-misteri ini menyebabkan demokrasi kita ini akan banyak masalah di kemudian hari,” katanya.