Siapa Benny Wenda? Sosok yang Buat Delegasi RI Walk Out Forum MSG

Rifan Aditya Suara.Com
Sabtu, 26 Agustus 2023 | 15:05 WIB
Siapa Benny Wenda? Sosok yang Buat Delegasi RI Walk Out Forum MSG
Ketua United Liberation Movement for West Papua (ULMWP), Benny Wenda. (Foto: Istimewa / via Jubi.co.id) - Siapa Benny Wenda? Sosok yang Buat Delegasi RI Walk Out Forum MSG
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Langkah keluar dari forum Melanesian Spearhead Group (MSG) dilakukan oleh delegasi RI pada forum tersebut ketika salah satu pimpinan kelompok Pro-Papua Merdeka, Benny Wenda akan berbicara di forum tersebut. Lantas siapa Benny Wenda ini?

Benny Wenda adalah pemimpin Kemerdekaan Papua Barat, Presiden Sementara Pemerintahan Sementara ULMWP (United Liberation Movement for West Papua), dan pendiri Kampanye Papua Merdeka. 

ULMWP sendiri merupakan organisasi separatis Papua yang selama ini berstatus observer di MGS. Organisasi di bawah kepemimpinan Benny Wenda ini berniat menjadi anggota penuh MSG yang dibentuk pada 1988 di Port Villa, Vanuatu, negara di Oseania, sisi timur Pulau Papua, Indonesia.

Benny Wenda pernah dinominasikan untuk Hadiah Nobel Perdamaian dan merupakan penerima Freedom of Oxford. Dia tinggal di pengasingan di Inggris.

Baca Juga: KPU RI Lantik 125 Anggota KPU Kabupaten/Kota dari Sulawesi Selatan hingga Papua Barat Daya

Pada tahun 2003 ia diberikan suaka politik oleh Pemerintah Inggris setelah melarikan diri dari tahanan saat diadili di Papua Barat untuk tuduhan bermotif politik.

Masa Kecil

Sebagai seorang anak muda di tahun 1970-an, asal Benny Wenda dari desa di dataran tinggi terpencil Papua Barat. Kala itu, hidupnya disibukkan dengan merawat kebun dengan ibunya.

Mereka di antara orang-orang Lani dengan prinsip 'hidup damai dengan alam di pegunungan'. Pada tahun 1977, hidup Benny berubah secara dramatis.

Tahun itu, militer muncul di desanya. Setiap pagi dalam perjalanan ke kebun, Benny dan ibu serta bibinya akan dihentikan dan diperiksa oleh tentara Indonesia. 

Baca Juga: Wawancara Dubes RI Andriana Supandi: Kerja Sama dengan Papua Nugini Perlu Dipererat

Banyak wanita muda, termasuk tiga bibi Benny, meninggal di hutan karena trauma. Mereka cedera akibat serangan dari pihak militer dan sering melibatkan mutilasi genital.

Setiap hari perempuan Papua harus melapor ke pos militer untuk menyediakan makanan yang diambil dari kebun mereka sendiri. Hingga membersihkan dan memasak untuk tentara. Kekerasan, rasisme, dan kepatuhan yang dipaksakan menjadi bagian dari rutinitas sehari-hari Benny kecil.

Pernah hidup di hutan 

Antara tahun 1977 dan 1983 Benny dan keluarganya, bersama dengan ribuan dataran tinggi lainnya, hidup bersembunyi di hutan. Hidup itu sulit.

Makanan dan tempat tinggal langka, dan yang lemah berjuang untuk bertahan hidup dalam kondisi yang keras. Kekerasan dari militer tetap menjadi ancaman konstan. 

Selama tahun 1980-an, dan bahkan hingga awal 1990-an, hanya ada sedikit sejarah tertulis atau diskusi tentang keadaan penggabungan Papua ke Indonesia atau peristiwa-peristiwa berikutnya.

Akhirnya Benny belajar bagaimana Belanda mempertahankan kendali atas provinsi tersebut setelah tahun 1945 dan
menjanjikan kemerdekaan. 

Kehidupan politik Benny Wenda

Benny mengetahui tentang deklarasi kedaulatan Papua pada tanggal 1 Desember 1961. Ia mempelajari bendera Papua Barat (Bintang Kejora), lagu kebangsaan (Hai Tanahku Papua), invasi Indonesia dan 'Act of Free Choice' 1969 ketika sekelompok kecil orang Papua yang dipilih sendiri diintimidasi untuk memilih integrasi dengan Indonesia.

Pada tahun 2013 Benny bersama pengacaranya Jennifer Robinson memberikan pidato untuk TEDx di Sydney Opera House, Australia. Pidato Jennifer yang mengharukan merinci kehidupan Benny dan usahanya untuk membebaskan Papua dari militer Indonesia. 

Pada tahun yang sama ia membuka kantor resmi pertama Free West Papua Campaign di Oxford, Inggris. Hal ini memicu pertikaian diplomatik antara Inggris dan Indonesia. Pemerintah Indonesia memanggil Duta Besar Inggris untuk Indonesia untuk menjelaskan mengapa kantor tersebut diizinkan untuk dibuka.

Pada bulan Desember 2017, setelah restrukturisasi, Benny Wenda terpilih sebagai Ketua United Liberation Movement for West Papua.

Pada Juli 2019, Benny Wenda dianugerahi Freedom of Oxford – penghargaan tertinggi yang dapat diberikan Kota Oxford dan salah satu upacara tradisional tertua yang masih ada. Penerima sebelumnya termasuk Nelson Mandela dan Aung San Suu Kyi.

Demikian itu informasi yang dapat dibagikan mengenai siapa Benny Wenda sebenarnya.

Kontributor : Mutaya Saroh

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI