Menginjak usia remaja, Habib Umar memiliki semangat untuk meneruskan tanggung jawab ayahnya di bidang dakwah. Dengan bekal syal milik sang ayah, ia jadikan sebagai semangat hidupnya. Ia pun mengumpulkan orang-orang untuk membuat majelis.
Upayanya demi dakwah Islam itu membuahkan hasil. Banyak kelas yang dibuka untuk anak-anak muda atau orang tua, di masjid-masjid setempat dengan berbagai penawaran. Mulai dari untuk menghafal Al-Qur'an serta untuk belajar ilmu-ilmu tradisional.
Situasi politik di Tarim pada 1981 terbilang kacau hingga membuat Habib Umar pindah ke Kota Al-Bayda di sebelah utara Yaman. Di sana, ia kembali belajar agama. Ia juga mengajar dan mendirikan forum kajian di Al-Bayda, Al-Hudaydah dan Ta`izz.
Kemudian, pada 1992, Habib Umar pindah ke Al-Shihr, ibu kota Provinsi Handramaut. Dua tahun berselang, ia kembali ke Tarim dan mulai membangun Darul Mustafa. Ponpes ini diresmikan pada 1997 dan didatangi banyak murid dari berbagai negara.
Tak hanya itu, Habib Umar pun memiliki forum kajian keagamaan di Kota Tarim. Forum ini rutin dihadiri ratusan penduduk kota setempat. Mereka juga mengadakan kegiatan setiap minggunya, seperti silaturahmi ke berbagai tempat di Yaman.
Saat ini, dakwah Habib Umar tak hanya ada di Yaman saja. Namun, sudah menyebar ke seluruh dunia seperti di Lebanon, Sudan, Mesir, Syiria, Jordania, Mali, Kenya, dan Aljazair. Lalu, ke Afrika Selatan, Sri Lanka, India, hingga Indonesia.
Habib Umar sendiri sudah berdakwah di Indonesia sejak 1994 atas utusan Habib Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf. Tujuannya untuk membangkitkan semangat para Alawiyyin di Indonesia yang mulai lupa dengan ajaran para leluhurnya.
Kedatangan Habib Umar ke Indonesia turut melahirkan organisasi bernama Majelis Al Muwasholah Bayna Ulama Al Muslimin atau Forum Silaturrahmi Antar-Ulama. Ia juga sempat mengajar di sejumlah Ponpes Nahdlatul Ulama secara daring, setiap bulannya.
Kontributor : Xandra Junia Indriasti
Baca Juga: Viral Pasangan Mesum Digerebek di Kuburan Cina Cisoka Tangerang Pas Lagi Ena-ena