SBY Ajak Bangsa Indonesia Lepas dari Belenggu Mitos Orde Baru

Jum'at, 25 Agustus 2023 | 11:23 WIB
SBY Ajak Bangsa Indonesia Lepas dari Belenggu Mitos Orde Baru
Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY saat memberikan pidato kebudayaan di Teater Wahyu Sihombing, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Kamis (24/8) malam. (Suara.com/Novian)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Ketika saya dapat amanah memimpin Indonesia, saya ingat, ekonomi tumbuh baik, 6 persen. Demokrasi tumbuh baik. Saya bisa berdebat dengan siapapun dari negara manapun, pakar apapun, politisi manapun bahwa Indonesia bahwa kita bisa menghadirkan dua-duanya," kata SBY.

Begitu pula dengan pilihan antara stabilitas keamanan nasional atau kebebasan. SBY menegaskan bahwa keduanya dapat dipilih dan berjalan bersamaan

"Demikian juga stabilitas keamanan dengan kebebasan, hadir dulu. Tidak ada yang dikekang, tidak ada yang dikontrol. Artinya, dua mitos ini jangan jadi alasan pihak manapun untuk memaksakan sesuatu yang tentu bukan itu yang kita pilih di Indonesia," kata SBY.

"Kiranya jangan kita terbelenggu oleh mitos, jangan kita dihantui lagi oleh mitos itu. Bebaskan, patahkan. Kita bisa hadirkan ekonomi dengan demokrasi, stabilitas keamanan nasional dengan kebebebasan, penghormatan negara kepada hak-hak asasi manusia. Itu pengamatan saya," ujar SBY.

Selain mitos yang lahir pada zaman Orba, SBY turut memaparkan terkait mitos lain dalam pidato kebudayaannya.

Mitos pertama, kata SBY, yakni yang disampaikan oleh Mochtar Lubis pada tahun 1977.

"Kala itu, wartawan yang juga novelis senior itu menulis sebuah pidato kebudayaan berjudul “Manusia Indonesia”. Dalam pidatonya tersebut, Mochtar Lubis menggambarkan manusia Indonesia dengan enam watak, yakni munafik, enggan bertangung jawab, berjiwa feodal, percaya takhayul, berkarakter lemah, dan berjiwa seni," kata SBY.

Mitos lainnya, masih pda tahun yang sama juga disampaikan oleh sosiolog Syed Hussein Alatas.

"Ia menulis buku berjudul “Mitos Pribumi Malas”. Dalam bukunya tersebut, Alatas justru menentang para kolonialis yang mencap pribumi di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, berkarakter pemalas, terbelakang, dan memiliki intelektualitas rendah," kata SBY.

Baca Juga: Gegara Tanya Link Live Streaming Siaran Bola Voli, SBY Trending di Twitter

SBY berujar sembilan tahun sebelumnya, peraih penghargaan Nobel, yakni Gunnar Myrdal, menulis buku berjudul “Asian Drama”.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI