Suara.com - Kolaborasi Patriot Indonesia (Kopi) yang terdiri dari sejumlah alumni organisasi aktivis kemahasiswaan membantah dukungannya terhadap Prabowo Subianto dipengaruhi oleh sikap Aktivis 98 Budiman Sudjatmiko yang juga mendukung pencapresan Prabowo.
Kelompok relawan Prabowo itu terdiri dari alumni dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND), dan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).
Ketua KOPI sekaligus alumni LMND Gigih Guntor mengatakan gerakannya bersama beberapa alumni organisasi kemahasiswaan itu tidak didasari oleh sikap politik Budiman.
"Enggak, kami beda gerbong tapi dalam konteks dukungan, sama," kata Gigih di Rumah Besar Relawan Prabowo 08, Slipi, Jakarta Barat, Senin (21/8/2023).
Dia mengaku memiliki latar belakang dan komunitas aktivis yang berbeda dengan Budiman sehingga gerakan untuk mendukung calon presiden yang sama tida berkaitan satu sama lain.
Baca Juga: Kalah Survei Head to Head di Litbang Kompas dengan Prabowo, PDIP Berandai Ganjar dan Anies Gabung
"Jadi, kalau soal itu, kepentingannya sama soal dukungan tapi spektrumnya beda," ujar Gigih.
Dia menjelaskan alasannya mendukung Prabowo ialah karena Menteri Pertahanan itu dinilai mampu mendorong semangat anak muda untuk bangkit dan membawa Indonesia jadi negara maju.
"Dari unsur karakter adalah seorang patriotisme yang mampu mengeluarkan semangat kita, semangat anak-anak muda untuk bangkit bersama-sama, menjawab tantangan zaman," kata Gigih.
Menurut dia, Prabowo mampu menjawab tantangan zaman seperti yang belakangan ini marak terjadi yaitu masalah lingkungan, lapangan kerja, dan peluang pekerja seni kreatif.
"Ini menjadi satu ruang bagi kita untuk diberikan seluas-luasnya dalam rangka berekspresi dan menyampaikan satu hal yang pasti adalah untuk berkarya," ujar Gigih.
Baca Juga: Kurang Apa Ganjar di Mata Budiman Sudjatmiko sampai Pilih Dukung Prabowo?
Selain itu, dia juga menilai Prabowo bisa mengatasi gejolak dinamika di dunia internasional saat ini, khususnya masalah geopolitik.
Ketua Umum Partai Gerindra itu dinilai memiliki visi ideal tentang bagaimana Indonesia menjadi motor dan mercusuar dunia dalam rangka mengupayakan perdamaian.
"Itu ada di Ukraina Afrika dan saat ini masih hangat di telinga kita adalah di India. Ada begitu banyak konflik yang itu adalah menjadi satu berdampak sangat menghancurkan. Manusia India atau Afrika Selatan ini konfliknya tentu akan berpengaruh terhadap dunia yang lain," tutur Gigih.
"Ini yang menjadi landasan mengapa pilihan-pilihan ini dalam situasi global maupun internasional," tandas dia.